Selasa, 24 Juli 2012

Tragedi 2 Sejoli 'Tahu & Tempe'


Baru saja Saya dan kakak memuji tahu Tumis asam manis buatan ibu sebagai menu terlezat di antara menu-menu yang lainnya malam ini ketika menyantap hidangan berbuka puasa hari ini dan merequest masakan yang sama untuk santap sahur besok tiba-tiba terdengar dari balik TV berita tentang kelangkaan 'Tahu dan Tempe' karena melonjaknya harga kedelai yang menjadi bahan pokok pembuatan kedua makanan khas Indonesia tersebut.Mendengar nada-nada pilu mereka yang memperkenalkan dirinya sebagai 'orang susah' di layar kaca membuat saya menyadari betapa kacau dan memilukannya bangsa ini.
Mendengar berita menghilangnya dua sejoli penganan khas Indonesia ini membuat saya teringat pada sebuah kenyataan yang saya dapati ketika berkunjung ke sebuah perkampungan kumuh dan padat penduduk di salah satu sudut kota Jakarta. Ketika itu, saya dan beberapa teman menginterview seorang ibu rumah tangga dengan 6 (enam) orang anak yang menggantungkan hidupnya pada penghasilan seorang ayah yang bekerja sebagai pemulung pelastik bekas di salah satu tempat pembuangan akhir yang penghasilannya tidak lebih dari 15.000 sampai 20.000 per hari. Saya sempat tak percaya mereka bisa hidup ber-delapan hanya dengan 20.000 per hari. ketika saya bertanya bagaimana bisa? si ibu tersebut merincikan biaya makan mereka setiap hari. kurang lebih rinciannya seperti ini
"harga beras murah Rp.3000 se liter belinya setiap hari 2 liter jadi totalnya Rp.6000, tahu atau tempe Rp.5000 (3 potong tempe dan 1 bungkus tahu isi 10 potong kotak kecil). bumbu dapur Rp.1000. nabung buat bayar kontrakan rumah setiap bulan Rp.5000 dan sisanya buat keperluan lain seperti sabun dan lain sebagainya kalau masih cukup."
Demi Allah saya menggeleng setengah mati mendengar rincian itu, hati saya bergumam "ya Allah, duit Rp.20.000 bagi saya selama ini justru tidak cukup. makanan di kantin kampus saja tak lebih dari Rp.20.000 belum lagi minum, cemilan, bensin kendaraan, pulsa dan lain sebagainya." 
Tak kalah mencengangkannya ketika salah satu teman bertanya "ibu dan keluarga setiap hari makannya tahu dan tempe doang?" lalu si ibu menjawab. " yah mau makan apalagi mas, kite mau makan ikan duitnye kagak nyampe. emang anak-anak juga pada suka tahu tempe. mas ama embak tau sendirilah kite mau beli ikan harganye kagak nyampe, beli telur cuma dapetnya kagak nyampe 8 butir mas. entar anak-anak ada yang kagak dapet. mending tahu ama tempe aje. 5 ribu rupiah ude pada dapet, makannya juga bisa ampe sore mas.
Astagfirullahal adzim... benar ya kata Ariel dalam lagunya "Terkadang hidup memilukan". saya tidak bisa membayangkan bagaimana pilunya hati ibu itu setelah mendapati kenyataan kalau harga tahu tempe naik. lebih lagi ketika tahu tempe hilang dari pasar. Terlepas dari rintihan pilu kaum lemah di negeri ini karena fenomena hilangnya tahu dan tempe dari peredaran, kasus ini juga sebenarnya sangat menyedihkan bagi kita yang cinta dan sayang dengan Indonesia.
coba perhatikan. tahu dan tempe adalah 2 sejoli yang hanya ada di Indonesia. ada yang tidak percaya? mau bukti? buktinya simpel, coba deh buka kamus bahasa inggris tercanggih di muka bumi ini atau kamus bahasa lainnya di dunia ini lalu cari bahasa Inggrisnya atau bahasa-bahasa lainnya Tahu dan Tempe. ada nggak? jamin deh InsyaAllah jawabannya nihil. hehehe. di sebuah negara di luar Indonesia, saya sempat makan makanan penganan yang serupa dengan tahu yang mereka sebut "Tofu" tapi rasanya nggak sama bung. sumpah. saya berani beradu penganan. tahu Indonesia jauh lebih enak.
saya tidak bisa membayangkan jika seandainya suatu hari nanti tahu atau tempe kita juga ikut di klaim oleh malaysia. rute untuk mengarah ke sana sudah ada. yang membuat Tahu dan tempe langka adalah karena harga kedelai yang mahal. saat ini, negara kita termasuk negara yang menggantungkan hidup tahu dan tempe pada impor kedelai. pertanyaan besar untuk kita semua, bukankah kita adalah negara agraris? kok bisa kita bergantung pada impor bahan pangan yang seharusnya bisa kita penuhi sebagai negara agraris ataukah kita betul-betul telah mengalami krisis pangan yang akut? ada apa dengan bangsa kita ini?

Tahu dan tempe adalah penyambung nyawa kaum lemah
Tahu dan tempe adalah warisan Indonesia yang harus kita lestarikan
Tahu dan tempe adalah separuh nyawa bagi mereka yang tak seberuntung para penikmat ikan, telur, ayam dan daging. jadi haruskah kita merenggut separuh nyawa yang tak bersalah itu? seharusnya kita bisa berpikir bersama tentang solusi di balik tragedi dua sejolo 'Tahu dan Tempe'.

Rabu, 02 Mei 2012

Pergilah, Menjauhlah, Menghilanglah


Kata mereka, aku harusnya bahagia karena engkau mendekat
Harusnya aku tersenyum
Harusnya aku bahagia
Harusnya aku tertawa
Tapi jujur, aku tak bisa walau aku mau

Ada persahabatan yang harus kupertahankan
Ada hati yang harus kujaga
Ada impian yang harus kutunaikan

Pujianmu teramat menggelisahkan aku
Aku takut dengan pujian itu
Karena aku jauh daripadanya
Tatapanmu teramat menghakimiku
Aku takut dengan harapanmu
Karena aku ragu pada diriku bukan padamu
Kebaikanmu teramat manyakitiku
Aku takut menerimanya
Karena aku tak pantas mendapatkannya.

Pergilah, sang adam yang teramat santun
Jangan kau uji aku dengan pujianmu
Menjauhlah, sang adam yang teramat setia
Jangan kau bebani aku dengan harapanmu
Menghilanglah, sang adam yang teramat baik
Jangan kau memanjakanku dengan kebaikanmu

Aku bukan dia yang kau puji
Aku bukan dia yang kau harapkan
Dan aku bukan dia yang kau impikan
Pergilah, menjaulah, menghilanglah…
Biarkan diriku merasakan sakit karena mengabaikanmu
Biarkan hatiku luka karena menyakitimu
Biarkan air mataku meleleh setelah kepergianmu
Tapi aku janji, aku tak akan meraung  dan meratap dalam tangis. Percayalah.



Selasa, 01 Mei 2012

Untukmu yang tersakiti olehku



Setianya dirimu membuatku nyaris luluh. Tapi tidak, mungkin belum saatnya.
Sungguh, Aku mengagumi dirimu, kejujuran, kesetiaan dan pengorbananmu.
Meski aku tak pernah mengenalimu secara dekat walau kau berusaha untuk mendekat
Betapa aku malu padamu yang tahu segalanya tentangku,
Tapi aku sedikitpun seakan tak berusaha mengenalmu
Sejujurnya, aku dapat merasakan bahwa dirimu terlalu baik.!

Ketika hati ini rapuh, aku menoleh padamu.
Padahal Ujian yang dilalui oleh dirimu lebih besar dariku.
Kekuatan yang di pamerkan dirimu
untuk bangkit dari sebuah kekecewaan memberi aku sedikit kekuatan.
Saban malam aku akan mendoakan dirimu
meski kita mungkin tak akan bersama

Aku tahu dirimu masih mencari-cari sinar kebahagian,
bangkit menyusun haluan dari kekecewaan.
Sungguh, Aku kagum dengan kesetiaanmu.
Semoga kedukaan dan kelukaan lalu
tak pernah mematahkan semangatmu untuk terus berjuang di bumi Allah.

Aku juga mengagumi sifat dan hatimu yang selembut angin bayu,
memaafkan meski kau terluka.
Mencoba tersenyum meski hati diremuk oleh seorang hawa
Yang mungkin tidak pernah menghargai kehadiranmu.

Semoga Allah mempermudahkan urusanmu
dalam mencari seorang srikandi yang berjiwa besar sepertimu,
yang bisa menghargaimu seutuhnya,
yang bisa mencintaimu kerana Agama yang ada padamu..

InsyaAllah, bagiku kau ibarat sahabat
yang sentiasa menyegarkan setiap hati yang layu,
semoga Allah memberkati kehidupanmu dunia dan akhirat..
Terima Kasih untukmu yang mungkin kecewa dan terluka karenaku.
Maafkan aku yang mungkin telah menyakitimu.

Minggu, 22 April 2012

MENGGUGAT KEPAHLAWANAN KARTINI


Tanggal 21 April, para perempuan dipersada ini ramai-ramai memakai konde dan kebaya. Para Ibu-ibu yang hobi ngrumpi, arisan dan gosip, berusaha tampil seanggun mungkin dibalik kebaya dan konde. Sementara mereka yang sering memakai pakaian yang merangsang (seksi:bahasa gaulnya), turut memaksakan diri menyerupai pakaian Kartini. Memang kebaya dan konde adalah pakaian yang sudah ketinggalan zaman, tapi tetap memiliki daya tarik pada hari tertentu. Para perempuan kemudian menghiperboliskan Kartini, seakan-akan apa yang didapatkan para perempuan hari ini adalah hasil keringat Kartini.
Adalah pertanyaan besar untuk para perempuan, apakah Kartini adalah pejuang? Untuk membahas pertanyaan ini, ada baiknya kita kembali ke sejarah Kartini dan proses pembentukan mitos kepahlawanan yang dilekatkan pada beliau.
Kartini adalah putri bupati Jepara, dan keluarga besarnya adalah keluarga bangsawan. Oleh karena itu, Kartini saat masih ABG mendapatkan akses pendidikan yang besar dibanding perempuan kebanyakan pada zamannya. Setelah melewati fase pendidikannya, Kartini, sesuai dengan budaya feodal, beliau dipersiapkan untuk menikah. Olehnya, Kartini diisolasi. Saat seperti ini kemudian memunculkan kegundahan intelektual dan mencoba untuk berbagi keresahan. Namun sayang, orang pribumi yang berpikir seperti Kartini sangat langka pada zamannya
Kartini kemudian berinteraksi secara intelektual dengan para kolonialis belanda dan menceritakan kegundahannya serta kebobrokan bangsanya. Karena terisolasi, Kartini berinteraksi melalui surat yang kelak dibukukan oleh Balai Pustaka dengan judul Habis gelap terbitlah terang.
Dalam kegundahannya, Kartini bercerita tentang keterbelakangan kaum perempuan dan berharap ada pendidikan untuk kaum perempuan. Kartini sangat menentang poligami, kawin paksa, dan berbagai sistem patriarki yang diselubungi budaya feodal.
Setelah meninggal pada tahun 1905, pada tahun 1938, para kolonialis belanda kemudian mengirimkan kembali surat Kartini kepada penerbit Balai pustaka untuk dibukukan. Ada rentang waktu 33 tahun bagi kolonialis belanda untuk membangun pencitraan Kartini setelah kematiannya.
Harus diakui bahwa Kartini memiliki kegundahan intelektual. Ini wajar terjadi terhadap orang yang pernah merasakan lezatnya dunia intelektualitas kemudian terisolasi dari dunia intelektualitas. Harus juga diakui bahwa Kartini memiliki keprihatinan terhadap kaum perempuan. Namun masalahnya adalah, mengapa Kartini tidak berbuat apa-apa selain berkirim surat kepada kaum penjajah? Kartini bahkan tidak dapat melawan budaya feodal yang dibenci. Tokh titel RA masih melekat didepan namanya. Malah ketika dipaksa menikah, Kartini hanya pasrah pada takdir
Kembali kepertanyaan diatas, jika Kartini memang pejuang, mengapa Kartini tidak melakukan apa-apa selain bersurat kepada kolonialis? Dewi Sartika telah membuat sekolah bagi perempuan tanpa harus berguru kepada Kartini tentang pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan. Cut Nya Dien, Laksamana Malahayati, Nyi Ageng Serang, telah menjadi pemimpin perjuangan melawan kolonialis tanpa berguru kepada Kartini yang nota bene seorang sahabat kolonialis belanda.
Jika kaum perempuan butuh figur seorang tokoh pejuang perempuan, mengapa yang difigurkan adalah perempuan lemah tak berdaya seperti Kartini, bukan perempuan yang heroik seperti Cut Nya dien. Jika kaum perempuan butuh figur seorang tokoh pendidik perempuan, mengapa yang difigurkan adalah perempuan yang justru bersahabat dengan penjajah, bukan perempuan yang membuat sekolah bagi kaum perempuan yaitu Dewi Sartika.
Terakhir, mengapa ultah Kartini mesti dirayakan sebagai hari perempuan, padahal Kartini sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa untuk perempuan, bahkan dirinya sendiri. Kartini adalah perempuan lemah tak berdaya dan bersekutu dengan penjajah, bukan pahlawan. Tapi sayang, dinegara ini status kepahlawanan tergantung stempel pemerintah, bukan murni perjuangan menentang kolonialis. Di negara ini, sahabat penjajah diangkat pahlawan dan dirayakan ultahnya sebagai hari perempuan.

oleh : A. Rahmat. Munawar....


Rabu, 11 April 2012

HARI ITU, 8-10 APRIL '12


Aku terbangun dengan dering Hendponku yang nyaris tanpa henti. Ku lihat jam di layar hendpon buntutku masih pukul 00.08 dini hari. “2044 pesan baru” terpampang di ponselku padahal baru beberapa jam yang lalu sebelum aku tidur semua SMS di inboxku ku hapus. Ku telusuri satu persatu dan ternyata hari ini adalah 8 april 2012 dan nyaris semua pesan yang masuk adalah pesan yang berisi ucapan selamat milad. yah.. setelah mengusap mata aku tersadar bahwa hari ini adalah Hari dimana lembar sejarah hidupku bermula. 20 tahun sudah aku terlahir di dunia ini. Semakin hari aku semakin berjalan menuju amban batas kehidupan. Sungguh aku tak pernah menyangka bisa hidup sampai hari ini. 5 tahun sudah keraguan seorang dokter terbantahkan olehku. Tapi sudahlah, kututup kisah kelam itu dengan Bismillah. Hehehe. Lanjutkan hidup untuk menggapai purnama surga menuju lorong Ilahi yang sesungguhnya. Amin
          Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan bagiku. Sejujurnya, hati ini sangat senang dengan berbagai kejutan dan kebahagiaan yang datang bertubi-tubi bahkan sampai H+2 maksudnya dua hari setelah 8 april. Di tengah perasaan senang itu, seakan muncul kekhawatiran dalam diriku. Aku hanya berdialog dengan batinku dan berkata, “kamu harus bersiap jika sewaktu-waktu harus berhadapan dengan situasi yang berbanding terbalik dengan sikon hari ini.”
          Ribuan ucapan membanjiri ponselku dengan ucapan selamat, begitupun dengan e-mail dan berbagai jejaring sosial di dunia maya. Jika tahun kemarin aku menerima 8 surprice party, yang menghadirkan 8 tart manis dan membahagiakan. hari ini, aku menerima 12 tart dan lebih dari 20 kejutan yang nyaris membuat air mataku habis dan jantungku nyaris copot. Aku juga bingung kok ada yah orang yang mau peduli dengan hari kelahiranku? Padahal seharusnya mereka bisa melakukan hal lain yang mungkin lebih berharga dan lebih bermanfaat buat hidup mereka.

12 Tart hadir di hari miladku
1.     Adzan shubuh belum berkumandang, puluhan sahabatku berdatangan membawa blackforest dengan sebuah lilin merah. Kata mereka, itu karena aku suka dengan warna hitam, putih dan merah.
2.    Saat akan melakukan shalat Dhuha, berbagai kerabat, saudara dan sepupuku datang dengan sebuah tart putih berisi bronis Dark chocolate dengan dua buah lilin merah dengan angka 20 tertancap di atasnya serta dengan ucapan sebagai berikut “today is the lucky day untukmu sang pemberontak” :D
3.    Di kampus teman-teman menjebakku dengan sadis lalu mengejutkanku dengan sebuah tart persegi yang tak asing lagi bagi penikmat roti berlisensi BreadTalk. Uniknya, seseorang yang menyodorkan cake tersebut adalah orang yang selama ini kupikir membenciku. (Maap ya kaka… soalnya dingin sangat pembawaannya ke saya.hehehe.)
4.    Di sebuah tempat makan (Fast Food) seorang adik (Arie) memberiku ucapan selamat dengan sebuah tart mini berbentuk Elmo. So interest.
5.    Masih di tempat yang sama, beberapa sahabatku datang dan menyodorkan sebuah Tart bebentuk hati berwarna coklat. Mereka adalah sahabat berbendera LENTERA
6.    Tanggal 9 april setelah shalat shubuh, saya dikagetkan dengan kehadiran 2 buah tart di teras rumah dengan ucapan masing-masing. Nyaris setiap tahun saya menerima kejutan yang seperti ini. Siapapun yang mengirimkannya, makasih ya..
7.    Malam harinya, junior-juniorku datang membawa sebuah blackforest kotak dan beberapa bingkisan kado. Junior-juniorku ini adalah adik-adikku di dalam KARPET REMAJA
8.    Tanggal 10 april kembali aku dikejutkan dengan surprice dari puluhan teman-teman dan adik-adikku di rumah seorang senior yang hari itu mengundangku meeting untuk membicarakan sebuah rencana pelaksanaan program organisasiku tartnya unik, lucu dan polos. Tapi di antara semuanya, bagiku, tart itu yang paling berkesan. hahaha.
9.    Setelah itu, beberapa langganan konselingku yang selama ini hanya bertemu denganku di dunia maya akhirnya menampakkan diri mereka dengan sebuah tart istimewa dan bagiku sangat mewah saat menghadiri sebuah kegiatan di salah satu hotel di Makassar.
10.  Masih di tempat yang sama, semua orang yang hadir dalam kegiatan itu, kompak ngerjain dan saya baru sadar setelah sebuah tart muncul dalam kegelapan. Terima kasih buat sahabat blogger, tim analisis dan seluruh sahabat lembaga dan yayasanku.

Ada begitu banyak hal yang sangat membuatku terkejut dan bahagia. Beberapa diantaranya adalah ketika seorang sahabat tiba-tiba datang dari luar negeri hari ini.
Kedatangan beberapa orang sahabat yang kutahu bahwa hari sebelumnya mereka berada di luar daerah yang jaraknya cukup jauh dari tempatku berada hari ini. Tanpa harus GR dia dan mereka bilang padaku, kedatangannya telah direncanakan untuk hari ini.
Selain itu, sungguh sesuatu yang sama sekali tak pernah terbayangkan, beberapa orang pejabat daerah dan petinggi negeri ini ikut memberiku ucapan via message, Vidio Call dan calling langsung.
Ada lagi yang seru, seorang kakak yang sekolah di negeri paman sam USA mengirimkanku sebuah buku yang berjudul “Manusia Langka, perlu dilestarikan” yang ditulisnya sendiri dan hanya dibukukan sebanyak 2 buah.” So extra ordianary…!
Dan berbagai kejutan lainnya yang sangat panjang bila aku tuliskan hari ini.

Hari ini 11 April 2012 dimana aku mengabadikan kisah ini dengan menuliskannya.. kayaknya aku mulai kelelahan ngetik, so sudah dulu ya… tetap semangat…!!

Jumat, 20 Januari 2012

Kisah Sang Pembela hak Anak. Kak Seto


Tokoh yang kerap kali muncul di media membela hak anak-anak ini lebih akrab dipanggil Kak Seto. Ia lahir bukan dari keluarga ningrat yang serba kecukupan. Bukan pula dari keluarga terkenal yang bisa mendongkrak popularitas layaknya tokoh-tokoh lain. Kak Seto mampu mebuktikan kepada publik, bahwa ia menjadi tokoh lantaran Keihlasan dan konsistensinya dalam memilih jalan hidup. Penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri pernah diraihnya. Hingga saat ini, tak seorangpun meragukan kegigihan perjuangannya dalam membela hak anak-anak.


Di wajahnya, kak Seto selalu menebarkan senyum. Puluhan wartwan ia layani dengan sepenuh hati. Orang dewasa saja merasa senang dengan gaya Kak Seto yang bersahabat, apalagi anak-anak.
Figur, gaya, keihlasan dan karakternya memang sangat cocok dengan dunia anak-anak. Apa yang dimiliki Kak Seto semua mendukung citranya bergelut di dunia anak-anak. Belum nampak sosok yang lain seperti Kak Seto yang peduli dengan dunia anak-anak. Kalaupun ada, mungkin hanya sosok dermawannya yang menonjol, tetapi belum tentu figurnya mendukung untuk mencintai anak-anak. Kalau Kak Seto, semua yang ada pada dirinya memang betul-betul medukung.
Kisah Perjalanan Hidup Kak Seto
Menyimak jalan hidup Kak Seto memang penuh aral melintang. Masa kecilnya memang dilalui dengan keceriaan, bernaungkan kasih sayang dari kedua orang tua yang teramat perhatian. Sang ibu, Mariati, begitu sabar mencurahkan cahaya kasih, benih nilai-nilai moral yang ditanamkan oleh bunya kelak menjalar menghiasi tingkah laku Figur kelahiran Klaten 28 Agustus 1951 ini.
Namun keadaan tersebut tidak berlangsung lama. Keluarga Kak Seto ditempa tantangan hidup yang maha berat, terutama saat ia harus mempertahankan pendidikan setelah ayahnya, Mulyadi Effendi, meninggal.
Saat itu, Kak Seto berusia 15 tahun, nasibnya memang benar-benar bak di bawah kolong jembatan. Kepergian ayahnya yang begitu cepat membuat roda ekonomi keluarganya berubah seratus delapan puluh derajat. Dari kecukupan menjadi serba kekurangan.
Musibah boleh saja datang, namun, putus asa tidak boleh mendera terlalu lama. Kak Seto merantau ke Surabaya, di asuh oleh bibinya, Martiningrum. Syahdan, berkat bantuan seorang pastur, ia berhasil masuk di sekolah orang gedongan, SMA St. Louis. Ia sangat bersyukur bisa diterima, kendati ia merasa sedih.
Bagi Kak Seto, pertolongan bibi dan menjadi siswa SMA St. Louis bukanlah pil mujarab yang bisa mengubah nasibnya. Namun, Kak Seto sadar dua hal ini bisa menjadi titik awal perjuangaanya merubah nasib. Surabaya menjadi lapangan untuk menempa ilmu dan pengalaman, serta tempat untuk mengawali perjuangan.
Pertama masuk SMA, Kak seto dan saudara Kembarnya, Kresno, menggunakan celana pendek, seragam mereka sewaktu di SMP, “maklum saat itu saya belum mampu membeli seragam” tutur Kak Seto. Meskipun demikian, Kak Seto tidak menjadi rendah diri dan tetap menjaga harga diri.
Figurnya yang bersahabat membuatnya cepat menyesuaikan diri dengan khalayak, dalam waktu singkat saja, Kak Seto sudah mempunyai banyak sahabat. Ia mudah bergaul, sehingga disukai banyak teman-temannya. Wajar saja jika ia berhasil merebut kursi nomor satu di organisasi sekolah, Kak Seto berhasil menjadi ketua OSIS, sedangkan saudaranya menjadi sekretarisnya.
Setiap hari, Kak Seto pulang dan pergi ke sekolah berjalan kaki. Jangankan untuk transport, uang jajanpun tak ada. Saat semua temannya asyik menikmati makanan di kantin, Kak Seto hanya bisa melihat mereka sambil menahan lilitan perut yang keroncongan. Saat bel masuk berbunyi, terkadang banyak sisa bakso dan makanan ringan yang tidak dimakan oleh pemiliknya “saya langsung menghampiri sisa bakso itu, dan langsung melahapnya, terkadang penjual memberi tambahan sedikit” Kak Seto mengaku.
Uang hasil kerjanya tidak cukup untuk membeli bakso. Sembari sekolah, Kak Seto bekerja sebagai pedagang asongan, penjual koran, tas anyaman dan balon. Kak Seto bersedia bekeja apapun asalkan halal dan bisa sambil bersekolah. Selain berdagang, Kak Seto juga produktif menulis rubrik khusus bagi anak-anak majalah Bahagia dan majalah Kuncung. Dalam tulisan-tulisannya, ia selalu menggunakan nama “Kak Seto”. dari situlah nama Kak Seto lebih dikenal dari nama aslinya, seto Mulyadi.
Di Surabaya Kak Seto tumbuh sebgai remaja yang sudah biasa tertempa tahan dengan segala kesulitan dan penderitaan. Ia merasa ketegaran dan daya juangnya yang tak kenal lelah menghadapi berbagai rintangan berkat dorongan Ibunya. Saat ditanya siapa yang paling berpengaruh dalam pembetukan karekternya itu, Kak Seto menjawab “Ibu dan Soekarno”.
Merantau Ke Jakarta
Sifat pantang menyerah ini terus terbawa hingga dewasa. Setelah lulus dari SMA, Kak Seto mencoba mengais rejeki di Jakarta. Ijasah SMA dan uang honor tulisan menjadi modal, sedangkan semangat dan do’a menjadi bekal.
Hijrahnya ke Jakarta, 27 Maret 1970, seolah menjadi hari lahir yang kedua baginya. Disana ia menaruh harapan dapat merubah nasibnya. Kak Seto tidak ingin keturunannya nanti tertempa derita bukan kepalang seperti dirinya saat ini.
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Barangkali begitulah perumpamaan yang tepat bagi Kak Seto. Di Ibukota, ia menyusuri perkantoran Jl Thamrin dan Jl Sudirman. Puluhan kantor ia masuki dengan berjalan kaki bertemankan kucuran keringat dan terik matahari. Berharap ada lowongan, namun semua itu hanya utopia belaka. Ibukota memang kejam.
Hingga suatu saat, ia menemukan pekerjaan senbagai tukang parkir di Blok M. Profesi ini ia jalani dengan sabar dan tekun, meskipun kulitnya semakin terbakar oleh matahari, belum lagi menghadapi ulah preman yang selalu menggangunya. Selain tukang parkir, Kak Seto juga pernah menjadi kuli bangunan.
Kegigihan Membela Hak Anak
Kecintaan Kak Seto terhadap dunia anak sebenarnya sudah lama tertanam dalam dirinya, ketika ia mendapat seorang adik, Arief Budiman. Namun sayang, adik tercintanya berusia singkat. Hingga suatu saat, ia bertemu dengan pak kasur. Kak Seto sengaja menemuinya setelah melihat acara televisi yang dipandu oleh Bu kasur. Setelah bertemu, “saya ingin membantu bapak meskipun tanpa di gaji” tutur kak seto. Akhirnya pada tanggal 4 April 1970, ia resmi membantu kegiatan Pak Kasur.
Pada tahun 1972, atas saran pak Kasur, ia mendaftarkan diri di Fakultas Psikologi UI. Tak disangka, ia diterima dan jadilah Kak Seto menjalani hari-harinya sebagai seorang mahasiswa. Selain kuliah, menjadi guru TK, ia juga mengasuh anak majikannya serta menjadi pembantu keluarga Soeksmono Martokoesoemo.
Kecintaannya terhadap anak semakin meningkat bersamaan dengan ilmu yang ia timba dari UI. Saat menjadi mahasiswa baru, ia dinobatkan sebagai “mahasiswa yang paling disukai’, mengalahkan saingan-saingannya yang lebih senior. Hal ini membuktikan pribadi Kak Seto yang supel dan mudah bergaul.
Setahun setelah diwisuda, 16 Juni 1982, Kak Seto mendirikan TK. Mutiara Bangsa di Jl. Muhammad Yamin no 45 Menteng. Begitu tahu yang mengelola sekolah tersebut Kak Seto, maka mereka yang tinggal di kawasan Menteng berlomba-lomba memasukkan anaknya ke TK Mutiara bangsa.
Belum puas hanya di situ, Kak Seto menggagas Istana Anak-Anak Indonesia (Children Center) di TMII. Kak Seto tidak menyangka, proposalnya akhirnya disepakati oleh Ibu Tien Soeharto. Kemudian Kak Seto diangkat sebagai penanggung jawab pembangunan tersebut. Dan pada tahun 1986 diresmikan oleh presiden Soeharto.
Puncak kariernya semakin melejit setelah Kak Seto terpilih menjadi Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak. Sedikitpun tidak pernah terbesit, kak seto memenangkan pemilihan ketua bergengsi tersebut. Ia dicalonkan secara mendadak oleh UNICEF, bersaing mengalahkan Arist Merdeka Sirait, DR, Nafsiah Mboy, Dr. Suryono, MPh. Meskipun demikian, ia tetap rendah hati.
Dunia telah menjadi saksi dua hal atas diri Kak Seto. Pertama, ketabahan dan semangatnya menghadapi hidup. Kedua,kegigihan dan konsistensinya membela hak anak. Kak Seto terus membela anak dan tidak pernah beralih ke dunia lain yang mungkin lebih banyak memberikan materi.
Saat ini, dunia melihat keberhasilannya. Ia menjadi tokoh pembela hak anak yang terlahir dari jalanan. Perjuangannya keluar dari tempaan derita membuat dirinya ramah kepada siapapun, dan bahkan sangat bersahabat. Ketika tabloid Masjid Nusantara mewawancarainya di atas perahu boat yang melintasi genangan banjir di komplek perumahannya, semua warga disapa satu persatu dengan senyum bersahaja nan tulus, tidak senyuman yang dipaksakan seperti calon pejabat di musim kampanye, bukan pula senyum bernuansa sinis dan arogan demi membangun citra.(sumber : Tabloid Masjid Nusantara)

Selasa, 06 Desember 2011

ISLAM YANG AKAN SELALU KU BELA



Media massa kini telah menggencarkan sebuah berita
Tentang penyerangan terhadap Ahmadiyah
3 orang tewas, dan yang lain luka-luka
Mereka memberitakan bahwa Ahmadiyah diserang oleh ORMAS ISLAM
Dunia seakan gempar…Membentuk sebuah OPINI
Bahwa ISLAM adalah agama yang RADIKAL
Menjerit hatiku mendengarnya
Ku rasakan bahwa seumur hidupku
ISLAM Adalah Agama yang begitu santun dan Indah
Dengan teladan MUHAMMAD yang tak pernah menyelesaikan masalah dengan kekerasan Kecuali PERANG
Yah… itulah yang ku tahu… tentang ISLAM yang akan selalu ku bela
Ahmadiyah katanya adalah Agama yang mengaku ISLAM
Benarkah Ahmadiyah adalah ISLAM..?
Bukankah telah ada SKB dari para Menteri yang berwenang?
Lalu mengapa tak ada kejelasan tentang masalah ini?
Telah panas kuping kami mendengar penistaan agama
Telah sakit hati kami mendengar adanya Nabi setelah Rasulullah SAW
Telah teruji kesabaran kami mendengar adanya kitab selain Al-Quran
Ingin rasanya ku berteriak kepada Pemerintah
Yang masih saja menggunakan alat LIBERALIS
HAM (Hak Asasi Manusia)
Yang membuat semuanya seakan tak adil
oleh mereka yang berusaha menegakkan dan membela ISLAM
Dan perlindungan oleh mereka yang seharusnya diadili
Apapun Ketetapan para penguasa,
ISLAM –LAH YANG AKAN SELALU KUBELA

(FEBRUARI 2011, Setelah Penyerangan terhadap AHMADIYAH)