Baru saja Saya dan kakak memuji tahu
Tumis asam manis buatan ibu sebagai menu terlezat di antara menu-menu yang
lainnya malam ini ketika menyantap hidangan berbuka puasa hari
ini dan merequest masakan yang sama untuk santap sahur besok tiba-tiba
terdengar dari balik TV berita tentang kelangkaan 'Tahu dan Tempe' karena melonjaknya
harga kedelai yang menjadi bahan pokok pembuatan kedua makanan khas
Indonesia tersebut.Mendengar nada-nada pilu mereka yang memperkenalkan
dirinya sebagai 'orang susah' di layar kaca membuat saya menyadari betapa
kacau dan memilukannya bangsa ini.
Mendengar berita menghilangnya dua
sejoli penganan khas Indonesia ini membuat saya teringat pada sebuah kenyataan
yang saya dapati ketika berkunjung ke sebuah perkampungan kumuh dan padat
penduduk di salah satu sudut kota Jakarta. Ketika itu, saya dan beberapa teman
menginterview seorang ibu rumah tangga dengan 6 (enam) orang anak yang
menggantungkan hidupnya pada penghasilan seorang ayah yang bekerja sebagai
pemulung pelastik bekas di salah satu tempat pembuangan akhir yang
penghasilannya tidak lebih dari 15.000 sampai 20.000 per hari. Saya sempat tak
percaya mereka bisa hidup ber-delapan hanya dengan 20.000 per hari. ketika saya
bertanya bagaimana bisa? si ibu tersebut merincikan biaya makan mereka setiap
hari. kurang lebih rinciannya seperti ini
"harga beras murah Rp.3000 se
liter belinya setiap hari 2 liter jadi totalnya Rp.6000, tahu atau tempe
Rp.5000 (3 potong tempe dan 1 bungkus tahu isi 10 potong kotak
kecil). bumbu dapur Rp.1000. nabung buat bayar kontrakan rumah setiap
bulan Rp.5000 dan sisanya buat keperluan lain seperti sabun dan lain
sebagainya kalau masih cukup."
Demi Allah saya menggeleng setengah
mati mendengar rincian itu, hati saya bergumam "ya Allah,
duit Rp.20.000 bagi saya selama ini justru tidak cukup. makanan di
kantin kampus saja tak lebih dari Rp.20.000 belum lagi minum,
cemilan, bensin kendaraan, pulsa dan lain sebagainya."
Tak kalah mencengangkannya
ketika salah satu teman bertanya "ibu dan keluarga setiap
hari makannya tahu dan tempe doang?" lalu si ibu menjawab. " yah mau
makan apalagi mas, kite mau makan ikan duitnye kagak
nyampe. emang anak-anak juga pada suka tahu tempe. mas ama embak tau
sendirilah kite mau beli ikan harganye kagak nyampe, beli telur
cuma dapetnya kagak nyampe 8 butir mas. entar anak-anak ada yang
kagak dapet. mending tahu ama tempe aje. 5 ribu rupiah ude pada dapet,
makannya juga bisa ampe sore mas.
Astagfirullahal adzim... benar ya
kata Ariel dalam lagunya "Terkadang hidup memilukan". saya tidak
bisa membayangkan bagaimana pilunya hati ibu itu setelah mendapati kenyataan
kalau harga tahu tempe naik. lebih lagi ketika tahu tempe hilang dari pasar.
Terlepas dari rintihan pilu kaum lemah di negeri ini karena fenomena hilangnya
tahu dan tempe dari peredaran, kasus ini juga sebenarnya sangat menyedihkan
bagi kita yang cinta dan sayang dengan Indonesia.
coba perhatikan. tahu dan tempe adalah
2 sejoli yang hanya ada di Indonesia. ada yang tidak percaya? mau bukti?
buktinya simpel, coba deh buka kamus bahasa inggris tercanggih di muka bumi ini
atau kamus bahasa lainnya di dunia ini lalu cari bahasa Inggrisnya atau
bahasa-bahasa lainnya Tahu dan Tempe. ada nggak? jamin deh InsyaAllah
jawabannya nihil. hehehe. di sebuah negara di luar Indonesia, saya sempat makan
makanan penganan yang serupa dengan tahu yang mereka sebut "Tofu"
tapi rasanya nggak sama bung. sumpah. saya berani beradu penganan. tahu
Indonesia jauh lebih enak.
saya tidak bisa membayangkan jika
seandainya suatu hari nanti tahu atau tempe kita juga ikut di klaim
oleh malaysia. rute untuk mengarah ke sana sudah ada. yang membuat
Tahu dan tempe langka adalah karena harga kedelai yang mahal. saat ini,
negara kita termasuk negara yang menggantungkan hidup tahu
dan tempe pada impor kedelai. pertanyaan besar untuk kita semua, bukankah
kita adalah negara agraris? kok bisa kita bergantung pada impor bahan
pangan yang seharusnya bisa kita penuhi sebagai negara agraris ataukah kita
betul-betul telah mengalami krisis pangan yang akut? ada apa dengan bangsa kita
ini?
Tahu dan tempe adalah penyambung nyawa
kaum lemah
Tahu dan tempe adalah warisan Indonesia
yang harus kita lestarikan
Tahu dan tempe adalah separuh nyawa
bagi mereka yang tak seberuntung para penikmat ikan, telur, ayam dan daging.
jadi haruskah kita merenggut separuh nyawa yang tak bersalah itu? seharusnya
kita bisa berpikir bersama tentang solusi di balik tragedi dua sejolo 'Tahu dan
Tempe'.