Selasa, 24 Juli 2012

Tragedi 2 Sejoli 'Tahu & Tempe'


Baru saja Saya dan kakak memuji tahu Tumis asam manis buatan ibu sebagai menu terlezat di antara menu-menu yang lainnya malam ini ketika menyantap hidangan berbuka puasa hari ini dan merequest masakan yang sama untuk santap sahur besok tiba-tiba terdengar dari balik TV berita tentang kelangkaan 'Tahu dan Tempe' karena melonjaknya harga kedelai yang menjadi bahan pokok pembuatan kedua makanan khas Indonesia tersebut.Mendengar nada-nada pilu mereka yang memperkenalkan dirinya sebagai 'orang susah' di layar kaca membuat saya menyadari betapa kacau dan memilukannya bangsa ini.
Mendengar berita menghilangnya dua sejoli penganan khas Indonesia ini membuat saya teringat pada sebuah kenyataan yang saya dapati ketika berkunjung ke sebuah perkampungan kumuh dan padat penduduk di salah satu sudut kota Jakarta. Ketika itu, saya dan beberapa teman menginterview seorang ibu rumah tangga dengan 6 (enam) orang anak yang menggantungkan hidupnya pada penghasilan seorang ayah yang bekerja sebagai pemulung pelastik bekas di salah satu tempat pembuangan akhir yang penghasilannya tidak lebih dari 15.000 sampai 20.000 per hari. Saya sempat tak percaya mereka bisa hidup ber-delapan hanya dengan 20.000 per hari. ketika saya bertanya bagaimana bisa? si ibu tersebut merincikan biaya makan mereka setiap hari. kurang lebih rinciannya seperti ini
"harga beras murah Rp.3000 se liter belinya setiap hari 2 liter jadi totalnya Rp.6000, tahu atau tempe Rp.5000 (3 potong tempe dan 1 bungkus tahu isi 10 potong kotak kecil). bumbu dapur Rp.1000. nabung buat bayar kontrakan rumah setiap bulan Rp.5000 dan sisanya buat keperluan lain seperti sabun dan lain sebagainya kalau masih cukup."
Demi Allah saya menggeleng setengah mati mendengar rincian itu, hati saya bergumam "ya Allah, duit Rp.20.000 bagi saya selama ini justru tidak cukup. makanan di kantin kampus saja tak lebih dari Rp.20.000 belum lagi minum, cemilan, bensin kendaraan, pulsa dan lain sebagainya." 
Tak kalah mencengangkannya ketika salah satu teman bertanya "ibu dan keluarga setiap hari makannya tahu dan tempe doang?" lalu si ibu menjawab. " yah mau makan apalagi mas, kite mau makan ikan duitnye kagak nyampe. emang anak-anak juga pada suka tahu tempe. mas ama embak tau sendirilah kite mau beli ikan harganye kagak nyampe, beli telur cuma dapetnya kagak nyampe 8 butir mas. entar anak-anak ada yang kagak dapet. mending tahu ama tempe aje. 5 ribu rupiah ude pada dapet, makannya juga bisa ampe sore mas.
Astagfirullahal adzim... benar ya kata Ariel dalam lagunya "Terkadang hidup memilukan". saya tidak bisa membayangkan bagaimana pilunya hati ibu itu setelah mendapati kenyataan kalau harga tahu tempe naik. lebih lagi ketika tahu tempe hilang dari pasar. Terlepas dari rintihan pilu kaum lemah di negeri ini karena fenomena hilangnya tahu dan tempe dari peredaran, kasus ini juga sebenarnya sangat menyedihkan bagi kita yang cinta dan sayang dengan Indonesia.
coba perhatikan. tahu dan tempe adalah 2 sejoli yang hanya ada di Indonesia. ada yang tidak percaya? mau bukti? buktinya simpel, coba deh buka kamus bahasa inggris tercanggih di muka bumi ini atau kamus bahasa lainnya di dunia ini lalu cari bahasa Inggrisnya atau bahasa-bahasa lainnya Tahu dan Tempe. ada nggak? jamin deh InsyaAllah jawabannya nihil. hehehe. di sebuah negara di luar Indonesia, saya sempat makan makanan penganan yang serupa dengan tahu yang mereka sebut "Tofu" tapi rasanya nggak sama bung. sumpah. saya berani beradu penganan. tahu Indonesia jauh lebih enak.
saya tidak bisa membayangkan jika seandainya suatu hari nanti tahu atau tempe kita juga ikut di klaim oleh malaysia. rute untuk mengarah ke sana sudah ada. yang membuat Tahu dan tempe langka adalah karena harga kedelai yang mahal. saat ini, negara kita termasuk negara yang menggantungkan hidup tahu dan tempe pada impor kedelai. pertanyaan besar untuk kita semua, bukankah kita adalah negara agraris? kok bisa kita bergantung pada impor bahan pangan yang seharusnya bisa kita penuhi sebagai negara agraris ataukah kita betul-betul telah mengalami krisis pangan yang akut? ada apa dengan bangsa kita ini?

Tahu dan tempe adalah penyambung nyawa kaum lemah
Tahu dan tempe adalah warisan Indonesia yang harus kita lestarikan
Tahu dan tempe adalah separuh nyawa bagi mereka yang tak seberuntung para penikmat ikan, telur, ayam dan daging. jadi haruskah kita merenggut separuh nyawa yang tak bersalah itu? seharusnya kita bisa berpikir bersama tentang solusi di balik tragedi dua sejolo 'Tahu dan Tempe'.