Kamis, 28 Agustus 2008

Belajar dari Seekor Kucing


Hari ini 28 Agustus 2008. Tanpa sengaja aku melintas di sebuah jalan di kota Makassar. Hari ini sebenarnya aku dan sahabatku akan mengikuti sebuah seminar nasional di salah satu hotel di kota ini. Tapi sayang perjalanan kami harus tertunda karena ban motor yang kami tumpangi mendadak bermasalah. Aku dan sahabatku akhirnya memutuskan untuk mencari bengkel dan menapakkan kaki menyusuri jalan yang begitu panjang. Aku sebenarnya menyesali kejadian ini, karena kami berdua sangat berharap kami bisa ikut seminar yang salah satu pembicaranya adalah seorang penulis novel terkenal. Tapi kami tak mampu berbuat apa-apa kecuali mengelus dada dan mengatakan kalau kami tak bisa datang ke seminar itu tepat waktu atau mungkin tak akan bisa menghadiri seminar tersebut walau sebuah tiket seminar telah ada dalam genggaman kami.
            Di bawah terik matahari yang lumayan menyengat sambil menuntun motor dengan ban tanpa angin itu, sahabatku menoleh ke arahku dan tersenyum lalu berkata “Bukan Rezeki”. Aku tahu bahwa jauh di lubuk hatinya yang paling dalam ia pun sangat kecewa sama seperti aku. Namun aku berusaha untuk tetap bersabar dan membalas senyumannya lalu mengatakan “Tuhan punya rencana lain.” Kami berdua mengangguk dan tersenyum berusaha menikmati hiasan perjalanan kali ini. Sejenak terlintas dalam pikiranku, mungkin inilah malaikat yang berusaha menguji kesabaran kami. setelah berjalan cukup jauh, akhirnya langkah kami terhenti pada sebuah bengkel bertuliskan “PRESS BAN DALAM”. Sambil menunggu motor dikerja, aku dan sahabatku berteduh di bawah pohon di sekitar bengkel itu. Kuhapus keringat yang mengucur di sekujur tubuhku setelah perjalanan panjang yang cukup melelahkan. Kami duduk di sebuah kayu besar  sambil mengamati keadaan di sekitar tempat kami berada hari itu.
            Sebuah suara ramai menyusup mengetuk dinding indera pendengaran kami. Aku berusaha menengok ke segala arah untuk mengetahui sumber suara tersebut. Tiba-tiba mataku berfokus pada sebuah pekarang rumah yang tak jauh dari tempat kami duduk. Seorang pria dewasa terlihat sedang menyiksa seekor kucing yang mulai lemah. Orang-orang di sekelilingku nampak acuh tak acuh dengan apa yang pria itu lakukan. Sahabatku mencoba bertanya ke seorang pemilik bengkel yang tengah mengotak-atik ban motor di hadapannya.
            “kok bapak itu tega menyiksa kucing itu pak?”
            “kucing itu dulu waktu masih kecil didapat oleh anak bapak itu terperangkap di pagar depan sana di tengah hujan deras.  Anaknya membawa kucing itu pulang, mengobati, merawat dan memberinya makan sampai hari ini. Tapi katanya setelah besar kucing itu setiap hari buang kotoran bahkan muntah di dalam rumah. Makanya bapak itu emosi dan hampir setiap hari menyiksa kucing itu.”
Aku sangat tercengang mendengarkan penjelasan pemilik bengkel yang berusaha menjelaskannya dengan sempurna. Spontan aku hati dan lisanku berpadu menyebut lafaz istighfar memohon ampun kepada Allah atas apa yang aku lihat hari ini. Hatiku bergumam, bukankah kucing itu adalah binatang? Bukankah kucing tak memiliki akal seperti manusia? lalu aku mencoba menangkap sesuatu yang mungkin tak terpikirkan oleh orang lain. Bahwa sejatinya hari ini aku harus belajar dari seekor kucing. Aku merasa bahwa apa yang baru saja aku lihat adalah sebuah peringatan yang justru harus kutujukan pada diriku sendiri. Aku menangkap bahwa sejatinya kejadian ini adalah upaya Tuhan untuk mengajarkanku mengenal-Nya dan menyadarkanku tentang hal itu dari kucing tersebut. Sama seperti kucing yang baru saja kulihat tersiksa, bahwa Allah telah menghadirkan manusia ke muka bumi ini. Dia merawat manusia yang bermula dari keadaan yang begitu lemah. Lalu Allah melindungi manusia, merawat dan memberi segala kebutuhan manusia untuk tumbuh dan berkembang. Tetapi setelah begitu banyak kebaikan dan nikmat dari Tuhan yang kita rasakan, kita menjadi durhaka kepada-Nya dan tidak lagi peduli dengan perintah-Nya. Bukankah manusia yang seperti itu sama saja dengan sikap kucing yang disiksa oleh pria itu? tapi Allah tidaklah seperti pria itu yang tega menyiksa peliharaannya. Tuhan selalu memberi kita kesempatan atas kesalahan kita dan tidak serta merta memukul kita dengan Azab-Nya.
            Kini aku tahu mengapa Tuhan membawaku berjalan hingga ke tempat ini. Aku sadar bahwa hari ini aku kehilangan kesempatan untuk ikut seminar yang menurutku luar biasa dan bergensi, tapi aku mengangguk dan mengatakan pada diriku sendiri, bukankah hari ini aku telah menghadiri sebuah seminar yang Maha Luar biasa? Hari ini Allah langsung yang menjadi pemateri untuk mengajarkanku tentang sebuah perenungan hidup mengenali diriku sebagai manusia. Hari ini, dari seekor kucing, aku belajar melihat dan mengenali makhluk bernama “Manusia” 

Kamis, 21 Agustus 2008

Mengapa Ibuku Begitu Penting


Dua hari sebelum milad ibuku yang 46 tahun, seorang sahabat datang padaku dan mengeluhkan semua perlakuan ibunya. Ia merasa tak nyaman dengan sikap ibunya yang kolot dan ketinggalan zaman (maaf itu kata sahabatku. Bukan kataku J). “Eh kamu tau nggak aku marah pada ibuku yang seenaknya saja melarangku ini dan itu. padahal aku sudah besar. Aku sudah tahu yang mana yang baik dan yang mana yang salah. Rasanya aku ingin bebas dan pergi jauh dari ibu.” Aku hanya berani menjadi pendegar setia buatnya. Setelah hari itu, sahabatku tak lagi pernah menemuiku. Akupun tak tahu kemana dirinya di telan rimba
Beberapa hari setelah kedatangannya padaku, aku mendengar dari salah satu kerabatnya bahwa ibu sahabatku itu terbaring sakit di Sebuah Rumah sakit. Aku segera ke RS tersebut dan menjenguk ibunya. Seorang ibu yang renta kini terbaring sakit di hadapanku. Aku mengusap tubuh rentanya dengan hati yang menangis. Aku memang tak pernah tega melihat orang kesakitan. Sedangkan aku tak melihat anak semata wayangnya menemani di sisi pembaringannya.
Beberapa saat di kamar perawatan itu, ibu yang terbaring sakit tersebut terbangun. Beliau tersenyum padaku dan memintaku duduk di sampingnya. Kemudian dia bercerita:
“Dulu, ketika ibu menikah, tidak pernah berpikir punya anak seperti apa, gimana jaganya, biayainya sekolah hingga lulus kuliah nanti… tapi ibu jalani saja…

Ketika melahirkan dirinya, ibu hampir menyerah, tapi demi melihatnya lahir ke dunia ini, tumbuh besar dan menjadi anak yang berguna, ibu terus berjuang, walaupun harus berkorban diri ini demi kehadiran dirinya di dunia ini…

Dia telah lahir ke dunia ini, pertama kali melihatnya, ada perasaan bergejolak dalam diri ibu, ibu terharu dan bangga sekali bisa membawanya ke dunia ini, ibu berjanji, apapun yang terjadi, gimanapun susahnya hidup ini, anak ini harus ibu besarkan dengan kedua tangan ibu…

Tidak mudah untuk membesarkan dirinya, dia bandel sekali ketika kecil, suka bermain lupa waktu, berteman dengan anak-anak nakal, tidak mau makan, susah disuruh mandi, susah dibujuk tidur waktu malam hari, kadang dia marah dan bentak ibu, kadang dia mengejek ibu, kadang juga dia menghina ibu…

Ketika besar, dia merasa ibu terlalu membatasi dirinya, ini tidak boleh, itu tidak boleh, dia juga merasa ibu terlalu kolot, ketinggalan jaman, tidak mengerti apa maunya, tidak setuju terhadap setiap kelakuannya…
Kadang sakit hati sekali ibu ini, tapi ingat ketika pertama kali menggendongnya, ketika melahirkannya, semua sakit ini hilang seketika… dia adalah anak ibu, anak kesayangan ibu…

Ibu telah berjanji akan membesar dirinya, apapun yang terjadi, rintangan apapun yang ibu hadapi, karena dia anak ibu satu-satunya… Harapan ibu besar kelak dia bisa menjadi anak yang berguna… ibu sangat mencintainya…
Dualah, yang memberikan kekuatan pada diri ini, membuat ibu mau bekerja keras pagi-siang-sore-malam, tidak takut akan sakit, derita.. Karena kehadiran dirinya lah membuat ibu ada artinya, bisa membesarkan dirinyya dan mendengarkannya memanggilku IBU, sungguh senang rasanya hati ini…

andai dia ada di sini, ibu cuma ingin bilang,
Ibu tidak berharap banyak, hanya suatu saat, ketika dirimu sudah besar, kamu dapat menjadi anak yang baik, bisa hidup yang enak. Ibu mungkin sudah tua, tidak bisa hidup lama lagi, badan ibu ini sekarat, kerutan muka sudah banyak, perjalanan ibu tidak lama lagi.
Jika kamu bekerja keras, tidak perlu sampai memberikan rumah yang bagus, uang yang banyak, semuanya itu untuk dirimu saja. Ibu hanya berharap kamu mau menyisihkan sedikit waktumu untuk menemani masa-masa tua ibu, bisa disamping ibu dan ngobrol dengan ibu, itu sudah lebih dari cukup…

Ibu Bangga denganmu, nak, mungkin tidak pernah terucap lewat kata, tapi ini ibu rasakan dari lubuk hati yang dalam… Maafkan jika selama ini ibu pernah marah denganmu, memukulimu, melarangmu ini itu, semua ini demi kebaikanmu, nak…
Seandainya dia ada disini ibu Cuma mau bilang
"Ibu Cinta padamu… dari dulu, sekarang, dan selamanya…”

Aku melihat air mata seorang bunda menetes. Air matakupun tak tertahankan. Aku larut mendengarkan cerita itu. Mulai hari itu aku berjanji untuk menyayangi ibuku apapun yang terjadi. Aku tak akan bisa membiarkan ibuku berada di posisi ibu sahabatku itu. Aku ingin menjadi anak yang bisa selalu melihat surga itu tersenyum bangga telah melahirkanku kedunia. Aku ingin ibuku bahagia karena telah memiliki aku. 

Aku berjanji pada Tuhan akan menjadi anak selalu bisa menciptakan senyum dihati ibuku. Karena aku tahu bahwa aku tak akan pernah bisa membalas seluruh pengorbanan ibuku yang begitu besar. Setidaknya aku tahu bahwa aku tak boleh menyakitinya.

Aku tahu bahwa ibuku menyayangiku lebih dari aku menyayanginya.

Tuhan… Aku sayang ibuku :’)

Dariku untuk seluruh mengetuk pintu hati seluruh anak di muka bumi ini
Ayo... kita sujud di pangkuan ibu seraya meminta ampun atas segala dosa yang kita lakukan. ingat, disanalah surga dan kesuksesan kita :')

Jumat, 08 Agustus 2008

Malaikat yang ditelantarkan


Dua puluh tahun yang lalu aku melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Hasan, suamiku, memberinya nama Erik. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Aku berniat memberikannya kepada orang lain saja atau dititipkan di panti asuhan agar tidak membuat malu keluarga kelak.

Namun suamiku mencegah niat buruk itu. Akhirnya dengan terpaksa kubesarkan juga. Di tahun kedua setelah Erik dilahirkan, akupun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Kuberi nama Angel. Aku sangat menyayangi Angel, demikian juga suamiku. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan & membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah.

Namun tidak demikian halnya dengan Erik. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Suamiku sebenarnya sudah berkali-kali berniat membelikannya, namun aku selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Suamiku selalu menuruti perkataanku.

Saat usia Angel 2 tahun, Suamiku meninggal dunia. Erik sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya aku mengambil sebuah tindakan yang akan membuatku menyesal seumur hidup. Aku pergi meninggalkan kampung kelahiranku bersama Angel. Erik yang sedang tertidur lelap kutinggalkan begitu saja.

Bersama Angel. Erik yang sedang tertidur lelap kutinggalkan begitu saja. Kemudian aku memilih tinggal di sebuah rumah kecil setelah tanah kami laku terjual untuk membayar hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun………. telah berlalu sejak kejadian itu.

Kini Aku telah menikah kembali dengan Beni, seorang pria dewasa yang mapan. Usia pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Beni, sifat-sifat burukku yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang.

Angel kini telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkannya di asrama putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Erik dan tidak ada lagi yang mengingatnya. Sampai suatu malam. Malam di mana aku bermimpi tentang seorang anak. Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali. Ia melihat ke arahku. Sambil tersenyum ia berkata, “Tante, Tante kenal mama saya? Saya lindu cekali sama Mama!”

Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun aku menahannya,
“Tunggu…, sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak manis?”
“Nama saya Elik, Tante.”
“Erik? Erik… Ya Tuhan! Kau benar-benar Erik?”

Aku langsung tersentak bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai perasaan aneh lainnya menerpaku saat itu juga. Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu, seperti sebuah film yang sedang diputar di kepala. Baru sekarang aku menyadari betapa jahatnya perbuatanku dulu. Rasanya seperti mau mati saja saat itu. Ya, saya harus mati…, mati…, mati… Ketika tinggal seinchi jarak pisau yang akan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba bayangan Erik melintas kembali di pikiranku. Ya Erik, Mama akan menjemputmu Erik…sabar ya nak….”

Sore itu aku memarkir mobil biruku di samping sebuah gubuk, dan Beni suamiku dengan pandangan heran menatapku dari samping. “Maryam, apa yang sebenarnya terjadi?”

“Oh, suamiku, kau pasti akan membenciku setelah kuceritakan hal yang telah kulakukan dulu.” tetapi aku menceritakannya juga dengan terisak-isak.

Ternyata Tuhan sungguh baik kepadaku. Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangisku reda, aku pun keluar dari mobil diikuti oleh suami dari belakang. Mataku menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter didepan. Aku mulai teringat betapa gubuk itu pernah kutempati beberapa tahun lamanya dan Erik….. Erik……

Aku meninggalkan Erik di sana 10 tahun yang lalu. Dengan perasaan sedih aku pun berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka pintu yang terbuat dari bambu itu. Gelap sekali… Tidak terlihat sesuatu apa pun! Perlahan mataku mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan kecil itu.

Namun aku tidak menemukan siapa pun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Aku mengambil seraya mengamatinya dengan seksama… Mataku mulai berkaca-kaca, aku mengenali betul potongan kain tersebut, itu bekas baju butut yang dulu dikenakan Erik sehari-hari…… Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan, aku pun keluar dari ruangan itu… Air mataku mengalir dengan deras. Saat itu aku hanya diam saja. Sesaat kemudian aku dan suami mulai menaiki mobil untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, tiba – tiba aku melihat seseorang di belakang mobil kami. Aku sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor.

Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali aku tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.

“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau ke sini?!”
Dengan memberanikan diri, aku pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Erik yang dulu tinggal di sini?”

Tiba – tiba Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk! Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Erik terus menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mamaaa…, Mamaaa!’ Karena tidak tega, saya terkadang memberinya makan & mengajaknya tinggal bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Erik meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…..”

Saya pun membaca tulisan di kertas itu…
“Mama, mengapa Mama tidak pernah kembali lagi…? Mama benci ya sama Erik? Ma…., biarlah Erik yang pergi saja, tapi Mama harus berjanji kalau Mama tidak akan benci lagi sama Eric. Udah dulu ya Ma, Erik sayaaaang sama Mama, ……”

Aku menjerit histeris membaca surat itu. “Bu, tolong katakan… katakan di mana ia sekarang? Aku berjanji akan meyayanginya sekarang! Aku tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!” Suamiku memeluk tubuhku yang bergetar sangat keras.

“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Erik telah meninggalkan dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mama-nya datang, Mama-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana … Ia hanya berharap dapat melihat Mamanya dari belakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya disana. Nyonya, dosa Anda tidak terampuni!”
Aku kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi.

Berulangkali aku membaca kisah ini, dan setiap kali aku membacanya, air mataku menetes. Sejak pertama kali membaca kisah ini, aku menyadari bahwa sepantasnyalah kita menjaga, menggenggam dan menyayangi setiap apa yang Tuhan suguhkan hari ini. karena kita tidak akan pernah tahu sampai kapan kita bisa bersamanya. dalam cerita tersebut seorang ibu telah mengabaikan malaikat yang akan menjemputnya di Surga kelak. Dialah malaikat yang ditelantarkan. Erik adalah manusia cacat yang begitu sempurna :')
Penyesalan selalu datang belakangan. Dan kita baru akan menyadari betapa pentingnya dia yang mungkin saja kita sakiti selama ini saat kita telah kehilangannya.
Jagalah, hargailah.. karena sungguh disadari ataupun tidak, mereka yang ada dekat dengan kita adalah hal yang paling berharga yang Tuhan kirimkan buat hidup kita. jangan sampai kita menyesali hal yang sebenarnya bisa kita cegah  

Kamis, 08 Mei 2008

Kisah Mengharukan Seorang kakek

Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia 6 tahun. Tangan orangtua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun ringkih. Keluarga itu biasa makan bersama di ruang makan. Namun, sang orangtua yang pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah. Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak.

Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. “Kita harus lakukan sesuatu, ” ujar sang suami. “Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini.” Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan. Disana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk si kakek.

Sering, saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada airmata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek. Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi. Anak mereka yang berusia 6 tahun memandangi semua dalam diam.

Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu. Dengan lembut ditanyalah anak itu. “Kamu sedang membuat apa?”. Anaknya menjawab, “Aku sedang membuat meja kayu buat ayah dan ibu untuk makan saatku besar nanti. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan.” Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.

Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, airmatapun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua orangtua ini mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki. Malam itu, mereka menuntun tangan si kakek untuk kembali makan bersama di meja makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama.

Sahabat, anak-anak adalah persepsi dari kita. Mata mereka akan selalu mengamati, telinga mereka akan selalu menyimak, dan pikiran mereka akan selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan. Mereka ada peniru. Jika mereka melihat kita memperlakukan orang lain dengan sopan, hal itu pula yang akan dilakukan oleh mereka saat dewasa kelak. Orangtua yang bijak, akan selalu menyadari, setiap “bangunan jiwa” yang disusun, adalah pondasi yang kekal buat masa depan anak-anak.

Mari, susunlah bangunan itu dengan bijak. Untuk anak-anak kita, untuk masa depan kita, untuk semuanya. Sebab, untuk mereka lah kita akan selalu belajar, bahwa berbuat baik pada orang lain, adalah sama halnya dengan tabungan masa depan.

Kamis, 01 Mei 2008

Berhati-hatilah...

Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di perempatan itu masih menyala hijau. Jack segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tak mau terlambat. Apalagi ia tahu perempatan di situ cukup padat sehingga lampu merah biasanya menyala cukup lama.

Kebetulan jalan di depannya agak lenggang. Lampu berganti kuning. Hati Jack berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera.

Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala. Jack bimbang, haruskah ia berhenti atau terus saja.

“Ah, aku tak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak,” pikirnya sambil terus melaju.

Prit!!!...
Di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya berhenti. Jack menepikan kendaraan agak menjauh sambil mengumpat dalam hati. Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Wajahnya tak terlalu asing.

Hey, itu khan Bob, teman mainnya semasa SMA dulu. Hati Jack agak lega. Ia melompat keluar sambil membuka kedua lengannya.

“Hai, Bob. Senang sekali ketemu kamu lagi!”
“Hai, Jack.” Tanpa senyum.
“Duh, sepertinya saya kena tilang nih? Saya memang agak buru-buru. Istri saya sedang menunggu di rumah.”
“Oh ya?” Tampaknya Bob agak ragu.

Nah, bagus kalau begitu. “Bob, hari ini istriku ulang tahun. Ia dan anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh terlambat, dong.”

“Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di persimpangan ini.”

O-o, sepertinya tidak sesuai dengan harapan. Jack harus ganti strategi.

“Jadi, kamu hendak menilangku? Sungguh, tadi aku tidak melewati lampu merah. Sewaktu aku lewat lampu kuning masih menyala.” Aha, terkadang berdusta sedikit bisa memperlancar keadaan.

“Ayo dong Jack. Kami melihatnya dengan jelas. Tolong keluarkan SIM mu.”

Dengan ketus Jack menyerahkan SIM lalu masuk ke dalam kendaraan dan menutup kaca jendelanya. Sementara Bob menulis sesuatu di buku tilangnya. Beberapa saat kemudian Bob mengetuk kaca jendela. Jack memandangi wajah Bob dengan penuh kecewa. Dibukanya kaca jendela itu sedikit. Ah, lima centi sudah cukup untuk memasukkan surat tilang. Tanpa berkata-kata Bob kembali ke posnya.

Jack mengambil surat tilang yang diselipkan Bob di sela-sela kaca jendela. Tapi, hei apa ini. Ternyata SIMnya dikembalikan bersama sebuah nota. Kenapa ia tidak menilangku. Lalu nota ini apa? Semacam guyonan atau apa? Buru-buru Jack membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Bob.

“Halo Jack, Tahukah kamu Jack, aku dulu mempunyai seorang anak perempuan. Sayang, Ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah."

Pengemudi itu dihukum penjara selama 3 bulan. Begitu bebas ia bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi. Sedangkan anak kami satu-satunya sudah tiada. Kami masih terus berusaha dan berharap agar Tuhan berkenan mengkaruniai seorang anak agar dapat kami peluk.

Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa sulitnya. Begitu juga kali ini. Maafkan aku Jack. Doakan agar permohonan kami terkabulkan. Berhati-hatilah. dari Bob.


Jack terhenyak. Ia segera keluar dari kendaraan mencari Bob. Namun, Bob sudah meninggalkan pos jaganya entah kemana. Sepanjang jalan pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak tentu sambil berharap kesalahannya dimaafkan.

Tak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain.
Bisa jadi suka kita tak lebih dari duka dia atau mereka. 

Hidup ini sangat berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati.



Kamis, 10 April 2008

Jalan Sukses dan Kaya Raya

Sebelum memutuskan untuk menerbitkan postingan ini, saya diperhadapkan pada begitu banyak peristiwa yang membuat saya belajar dan terus belajar dari apa yang telah terekam dalam pengamatan saya. Saya Cuma ingin merangkum tentang apa yang menurut pikiran saya baik untuk disuguhkan kepada para pembaca yang berhati mulia agar menjadi sukses dan kaya raya. Tidak ada maksud untuk menggurui ataupun mengajari anda. Saya Cuma berusaha berbicara pada diri saya sendiri layaknya anda membaca postingan ini dan berbicara kepada diri anda sendiri. 
Saya tidak ingin mengatakan bahwa untuk menjadi sukses dan kaya raya inilah jalan satu-satunya dan saya juga tidak pantas untuk mengatakan bahwa inilah jalan terbaik. Saya mempublikasikan postingan ini bukan karena saya hebat dan telah sukses dan kaya raya tapi karena saya adalah manusia yang selalu MAU untuk berbagi kepada anda. 
Selamat membaca...

1. Menyadari dan Menghargai Ketiadaan
Ketahuilah, bahwa segala sesuatunya tercipta. Berasal dari tidak ada, menjadi ada, dan akan kembali ke tiada. Manusia lahir ke dunia dari tidak ada dan pasti akan kembali pada yang tiada. Manusia lahir dengan ketidakmampuan, lalu beradaptasi menjadi mampu, dan akan kembali menjadi tidak mampu.
Demikian halnya dengan keinginan atau tujuan. Awalnya sekedar gambaran mental, sesuatu yang tidak nampak secara kasat mata. Lalu berproses, termanifestasi sedikit demi sedikit hingga sampailah pada wujudnya yang sempurna. Setelah terwujud, ingatlah, keinginan itu pun akan kembali pada tiada.
Hargai ketiadaan, karena dari sanalah segala sesuatunya dimulai. Inilah titik awal dan sekaligus akhir dari suatu putaran.
Belajarlah dari para Nabi dan Rasul Allah. Mereka senantiasa menyadari dan menghargai ketiadaan itu. Nabi Muhammad S.A.W selalu menghargai orang miskin dan kaum fakir, karena sebenarnya menjadi kaya itu berawal dari tidak kaya. Memiliki sesuatu itu berawal dari tidak memiliki.
Demikian halnya dengan Nabi Sulaiman A.S, beliau adalah Nabi yang kaya raya, tetapi beliau malah selalu berkata ”kekayaan ini hanyalah milik Allah semata”.

2. Temukan Keinginan Anda yang Sebenarnya
Evaluasi terus keinginan Anda. Tanyakan pada diri sendiri, benarkah ini yang sangat saya inginkan?. Dan seberapa besar saya menginginkannya?. Teruslah bertanya hingga Anda menemukan keinginan – keinginan yang sesungguhnya.
Setelah mengetahui apa yang sebenarnya Anda inginkan, tangkap dan jadikanlah fokus. Anda boleh melakukan visualisasi untuk memperjelas fokus keinginan tersebut.

3. Lepaskan Keinginan Anda
Kini Anda telah memahami dan mendapatkan fokus dari apa yang Anda inginkan. Langkah berikutnya adalah melepaskannya. Pasrahkan keinginan tersebut hanya kepada-NYA.
Yang saya maksud dengan melepaskan adalah benar – benar melepaskannya. Tidak perlu Anda ingat – ingat lagi, dan tidak perlu Anda mempertanyakan bagaimana caranya saya akan mendapatkan keinginan tersebut. Lepaskan, pasrahkan saja. Biarkan keinginan itu keluar dari pikiran dan hati Anda, biarkan ia mengalir bersama putaran yang telah diciptakan-NYA.
Lalu bagaimana kalau tiba – tiba pikiran atau perasaan tentang keinginan itu hadir kembali?. Jangan khawatir, lepaskan lagi saja. Yang terpenting adalah Anda meyakini bahwa sesuatu yang Anda lepaskan itu pasti akan kembali lagi kepada Anda. Karena inilah hukumnya, dan begitulah pola gerakan semua ciptaan yang ada di alam semesta ini.
Allah-lah sang pencipta hukum ini, dan DIA telah berjanji bahwa apa yang Anda sampaikan kepada-NYA (do’a) pastilah akan dikembalikan lagi kepada Anda (kabul). Percayalah, Allah tidak akan mungkin mengingkari janji-NYA.

4. Bersiaplah Menerima
Sekali lagi Allah yang Maha Menggenggam semesta ini tidak akan mungkin mengingkari janji-NYA. Karena itulah do’a sudah pasti dikabulkan. Namun, ada kalanya manusia terlalu angkuh dengan dirinya sendiri, sehingga ia tidak mampu membaca pertanda terkabulnya do’a atau petunjuk yang diberikan oleh-NYA.
Contohnya begini. Ada seorang karyawan yang berdoa ingin menjadi pengusaha sukses. Lalu beberapa bulan setelah berdo’a ia di PHK oleh perusahaan. Si karyawan ini begitu geram dengan keputusan yang dinilainya sepihak, sehingga ia pun protes keras, mencari dukungan, dan malah semakin sibuk melancarkan demonstrasi kepada perusahaan menuntut haknya dikembalikan.
Lupa lah ia pada permintaan yang pernah disampaikannya dulu. Padahal, bila tidak disikapi dengan emosional, bisa jadi proses PHK itu menjadi jalan bagi dia untuk mulai berwirausaha. Inilah bentuk keangkuhan manusia yang menyebabkan ia tidak bisa membaca petunjuk dari Allah S.W.T.
Untuk itu sangat penting bagi Anda bersikap tenang, rendah hati, merasa tidak mengetahui apa – apa, dan menyatakan siap menerima semua petunjuk dari-NYA. Dalam tahap ini Anda bisa mengkondisikan diri dalam Knowing Nothing State atau Zero Mind.
Bila petunjuk itu sudah nampak, maka segeralah bergerak mengikutinya. Inilah cara ikhtiar atau berusaha yang lebih mudah.

5. Bersyukur
Apabila Anda menemukan keinginan (yg sebenarnya) mulai terwujud dalam bentuk sekecil apapun, segeralah bersyukur kepada-NYA.
Misalnya begini, Anda menginginkan bisa berbagi pada sesama. Tiba – tiba Anda melihat di rumah ternyata ada barang yang bisa diberikan pada orang lain, katakanlah baju. Segeralah berikan baju tersebut pada yang membutuhkan, lalu setelah memberi bersyukurlah. Berterima kasihlah kepada Allah yang telah memperkenankan Anda untuk berbagi sekecil apapun. Rasakan bahwa memberi itu amatlah indah dan nikmat.
Ingat, kemampuan Anda berbagi itu bukan suatu kebetulan, atau bukan semata – mata kemampuan Anda. Melainkan hal tersebut merupakan kehendak dari-NYA. Anda tinggal melaksanakan saja.
Atau, Anda menginginkan bisa menafkahi istri dan anak dengan layak. Lalu tiba – tiba ada yang memberi Anda uang 10 ribu rupiah. Nah segeralah syukuri rezeki yang tidak diduga itu, walaupun kecil jumlahnya. Setelah itu uang tersebut jangan dipakai sendiri, tetapi serahkanlah kepada istri. Karena niat Anda kan menafkahi istri dan anak secara layak. Saat selesai memberikan kepada istri, jangan lupa untuk bersyukur lagi. Berterima kasihlah atas nikmat memberi nafkah itu.
Allah telah berjanji bahwa bila seorang hamba mensyukuri nikmat yang diberikan-NYA, maka DIA akan menambah nikmat tersebut.
Lalu bagaimana kalau keinginan Anda itu banyak, dan Anda sendiri mulai lupa. Bagaimana Anda bisa menilai bahwa kejadian ini dan itu merupakan manifestasi perlahan – lahan dari keinginan – keinginan Anda?.
Nah, agar lebih mudah, maka bersyukurlah setiap saat. Bersyukurlah atas apapun yang setiap hari Anda terima. Bersyukurlah atas apapun yang setiap hari bisa Anda kerjakan.

6. Lepaskan Kepemilikan
Bila keinginan Anda sedikit demi sedikit terwujud. Maka lepaskanlah rasa memiliki terhadap apa yang Anda inginkan itu. Gunakan secukupnya oleh Anda, dan jangan lupa serahkan yang menjadi hak orang lain (bayarlah Zakat, Infaq, Shodaqoh, dan lainnya).
Sebuah teori spiritual mengatakan bahwa manusia itu adalah energi. Dan antar energi sebenarnyan saling terhubung satu sama lain. Artinya, manifestasi keinginan Anda bisa jadi merupakan manifestasi dari keinginan orang lain. Ada hak orang lain yang Allah titipkan kepada Anda bersamaan dengan terwujudnya keinginan – keinginan Anda.

Selain itu hakikat dari melepaskan adalah mengembalikan keinginan Anda tersebut pada proses perputaran. Dimana apa yang Anda lepaskan itu akan selalu kembali pada diri Anda sendiri.

Demikianlah saya bagikan tips untuk meraih sukses dan menjadi kaya. Sekali lagi, mungkin ini bukan satu – satunya cara. Tetapi saya yakin inilah cara – cara yang bermanfaat, cara – cara yang mulia (dibandingkan korupsi, mencuri, memakan riba, dsb).

Silahkan coba dipraktekan
, saya sangat terbuka untuk berdiskusi atau menerima kritik dan masukan dari sahabat semua. Kesalahan berasal dari kebodohan saya semata, dan kebenaran hanyalah milik Allah.
Wallahu A'lam...


Rabu, 09 April 2008

Bunuh Diri Karena Depresi

Beberapa tahun yg lalu, seorang gadis berumur 15 tahun bernama Lisa Marie meninggal gantung diri di rumahnya.Dia seorang gadis manis dan tinggal di Michigan. Lima hari setelah kematiannya , ibunya menemukan buku hariannya di kamarnya. Ibunya ingin mengetahui sebab kematiannya.

Berikut adalah isi buku harian tsb :

November 7
Dear Diary, hari ini hari pertama sekolah di Michigan. Pada saat saya masuk kelas, saya diejek murid2 cowok yg menyebut saya org aneh. Inilah awal hari yg buruk.Kemudian bbrp murid cewek cantik dan populer mendatangi saya dan memperkenalkan diri mereka. Mereka mengatakan saya org terjelek yg pernah mereka temui.Saya pun menangis.

Saya lalu pulang ke rumah and menelepon Jake. Saya pikir hari ini akan menjadi lbh baik. Namun dia katakan bhw hubungan jarak jauh tidak bisa bertahan ;sekrg dia tingg al di California. Lalu saya katakan bhw saya mencintainya dan rindu padanya. Tetapi dia mengakui bhw alasan dia pacaran dgn saya adalah krn dia ditantang teman2nya. Dia lalu memutuskan hubungan padahal kami sdh berpacaran selama 2 1/2 thn.

November 9
Saya sungguh rindu pada Jake. Tapi dia merubah nomor telp-nya shg saya tdk bisa menghubunginya. Hari ini seorang cowok populer mengajak saya ke pesta dansa. Kemudian cewek2 cantik kemarin mengajak saya makan siang bersama. Wow, sungguh menyenangkan !

November 10
Saya sdg menangis skrg. Ternyata cowok itu brengsek. Dia menumpahkan minumannya pada baju saya lalu cewek2 itu mengoyak baju saya. Semua org menertawakan saya.Lalu nenek memberitakan bhw papa dan mama tabrakan pagi ini dan mrk dlm keadaan kritis. Saya tdk sanggup menulis lagi.

November 11
Hari ini Sabtu , nenek dan saya di rumah sakit sepanjang malam. Papa meninggal pagi ini. Mama lumpuh seumur hidup. Sewaktu di RS , nenek baru tahu dia diserang kanker perut dan harus dikemoterapi. Saya msh tdk percaya Papa sdh meninggal. Saya sdh capek menangis. Saya letih. Saya hrs tidur.

November 12
Papa tdk meninggal ! Tidak mungkin ! Ini semua hanya mimpi. Hidup saya sempurna. Jake msh mencintai saya. Saya tdk bisa menulis lagi. Saya sdh menangis terlalu lama. Saya ingin mati. Bawalah saya.

Keesokan harinya Lisa ditemukan tewas gantung diri dengan tali berwarna kuning. Lisa diduga depresi
Saya ibunya. Nama saya Miranda Gonzalez. Saya menulis email ini agar orang lain tidak mengalami apa yg dialami anak saya. Ingatlah semua orang ingin dicintai dan dipeluk setiap hari.
Tidak ada seorang pun di dunia ini
yang pantas diejek dan dihina atau disingkirkan,
karena keberadaan kita lahir didunia adalah pemberian Tuhan semata
dan bukan suatu pilihan yang bisa kita pilih.

Membaca kisah ini membuatku tercengang. Saya juga pernah bertemu dengan beberapa orang sahabat dalam perjalan saya menapak di lahan tandus mereka.

saya pernah bertemu dengan seorang anak bertangan bunting yang nyaris bunuh diri karena tak tahan dengan sikap orang-orang padanya. Dia mengaku terus diejek dan dikucilkan oleh teman-teman dan orang-orang yang ada di sekitarnya hanya karena tubuhnya yang cacat. Dirinya juga diberi gelar “Anak pembawa sial” hanya karena musibah yang dihadapi keluarganya. Tapi Karena bantuan Allah, Alhamdulillah, saya dan teman-teman berhasil mengembalikan kepercayaan dirinya dengan mengenalkan dia pada potensi yang dimilikinya. Sekarang anak itu telah berhasil menemukan jati dirinya, menghargai dirinya dan mengenal pencipta-Nya. Untuk mengenal dia, Silahkan kenali dia melalui ruang tempatnya berkarya “Fachrul Abimanyu”

Belajar dari orang-orang yang saya temui, saya semakin sadar bahwa STIGMA negatif akan menjadi sugesti terkuat untuk melemahkan bahkan membunuh setiap jiwa yang berharga. 



Selasa, 08 April 2008

10 Nasihat Albert Einstein

Hey sobat muda yang selalu bermimpi menjadi manusia Luar biasa. Pada Postingan kali ini, saya akan memperkenalkan salah satu tokoh yang menginspirasi setiap langkah saya sampai detik ini. Seorang Tokoh dunia yang namanya telah tercatat dengan tinta emas dalam sejarah peradaban dunia. Kali ini, saya mengajak sahabat sekalian untuk membahas ringan tentang filosofi hidup seorang Einstein.

Tidak ada Fisika, nuklir, atau hal-hal jenius lainnya. Hanya hal kecil tapi sering terlupakan, padahal berpengaruh besar terhadap kehidupan kita. Apa saja nasihat bijak Einstein? Yuk kita lihat. 

1.  Buntuti Terus Rasa Ingin Tahu Anda


"Saya bukan memiliki bakat khusus.
Hanya selalu menikmati rasa ingin tahu saja."

Membaca kutipan Einstein di atas membuat kita bertanya-tanya. Seperti apa rasa ingin tahu itu? Saya selalu bertanya-tanya mengapa ada orang sukses, sementara banyak orang lainnya yang gagal?

Karena itu
pesan guru besar saya “Albert Einstein” sering-seringlah menghabiskan waktu untuk membaca banyak bahan. Mencari tahu koneksi berbagai hal terhadap kata 'SUKSES'. Karena menurut Manusia-manusia Sukses “Mengejar jawaban rasa ingin tahu Anda adalah kunci rahasia kesukesan.

2.  Tekun itu Tak Ternilai


"Saya bukannya pintar,
boleh dikatakan
saya hanya bertahan lebih lama menghadapi masalah."

Bayangkan seekor kura-kura di tengah rimba gunung, sementara dia ingin menuju pantai. Atau, apakah Anda setekun tunas mangga yang terus-menerus bertumbuh, berkembang sehingga akhirnya berbuah?

Ada ungkapan bagus yang popular di kalangan pegawai pos, 'Selembar prangko menjadi bernilai hanya karena ketika dia menempel pada surat hingga mengantarnya sampai ke tujuan'. Jadilah seperti prangko, selesaikan apa yang sudah Anda mulai.

3.  Fokus pada saat ini.


"Seorang pria yang bisa menyetir
dengan aman sementara mencium gadis cantik,

sebenarnya tidak memberi penghargaan
yang layak untuk ciumannya itu."

Einstein kok ngomongin tentang ciuman ya? Ah, itu kan hanya istilah saja, Tapi saya ingin cerita tentang kejadian ketika sesorang menjaga kebun duren.

Begitu banyak kera seperti menunggu si penjaga lengah dan menyikat durian ranum di atas pohon. Kemudian seorang lainnya berkata, bahwa Anda tak akan bisa menembak dua kera sekaligus.

Pengertian yang bisa disimpulkan atas kata-kata tersebut adalah, 'Seseorang bisa melakukan banyak hal, tapi bukan semua hal sekaligus'.

Belajar untuk 'berada di sini, saat ini', berikan perhatian kepada apa yang sedang Anda kerjakan. Energi terfokus adalah sumber kekuatan. Itulah perbedaan antara kesuksesan dan kegagalan.

4.  Imaginasi adalah kekuatan

"Imaginasi adalah segalanya.
Imaginasi adalah penarik masa depan.
Imaginasi lebih penting daripada pengetahuan."

Ungkapan Einstein ini sangat terkenal. Apakah Anda berimajinasi setiap hari? Imaginasi lebih penting dari pengetahuan!

Imaginasi memainkan satu babak awal dalam pentas hidup masa depan Anda. Lagi
-lagi, itu kata Einstein, "Tanda kejeneniusan sesungguhnya bukanlah pengetahuan melainkan imaginasi."

Sekali lagi, apakah Anda sudah melatih otot-otot imaginasi Anda setiap hari? Jangan biarkan otot-otot itu menjadi kurus dan sakit-sakitan.

Hidup tanpa imajinasi seperti mengikuti aliran sungai, pasrah mengikuti apapun kemauan dan ke mana arahnya. Tak memiliki kuasa atas apapun terhadap pilihan ataupun keinginan.
Sungguh Menyedihkan.

5.  Buat Kesalahan

"Seseorang yang tidak pernah membuat kesalahan,
sebenarnya tak pernah mencoba sesuatu yang baru."

Einstein tak pernah takut dengan kesalahan. Tak perlu alergi dengan kesalahan. Catat baik-baik, KESALAHAN bukan KEGAGALAN.

Dua hal tadi berbeda. Kesalahan-kesalahan dapat membantu Anda menjadi lebih baik, lebih cepat, lebih cerdas, jika Anda menggunakannya dengan tepat tentunya.

Carilah sesuatu berbau baru (something new) dari kesalahan Anda. Seperti sudah dibilang sebelumnya, jika ingin sukses, belajar lebih banyak dari kesalahan Anda.

6.  Hidup pada saat ini

"Saya tak pernah memikirkan masa depan,
itu akan datang sesaat lagi."

Satu-satunya jalan agar hidup Anda baik dimasa depan adalah hidup dengan baik pada saat sekarang. Ah, lagi-lagi nasehat bijak untuk menyikapi waktu dengan tepat oleh pakar fisika quantum Einstein.

Sangat tak mungkin mengubah kemarin karena sudah terjadi. Yang bisa Anda lakukan sekarang adalah mengubah cara pandang Anda saat ini tentang kemarin agar menjadi lebih baik.

Anda juga tidak bisa mengubah besok menjadi lebih baik, kecuali jika Anda melakukan yang terbaik pada saat ini. Masalahnya hanya tentang waktu, dan waktu tidak pernah ke mana-mana
kok.


7.  Hargai diri Anda

"Berusahalah dengan keras bukan untuk menjadi sukses,
tapi untuk menjadi lebih berharga."

Tak perlu lah banting tulang untuk menjadi lebih sukes. Luangkan waktu Anda untuk menaikkan nilai diri Anda.

Jika Anda memang bernilai, sukses akan datang menghampiri Anda. Apakah Einstein bekerja lebih keras untuk sukses? Mungkin dia hanya terus menerus berinvestasi untuk meningkatkan nilai dirinya. Sukses datang sendiri kepadanya.

Kenali bakat dan berkah karunia-Nya kepada Anda. Belajarlah mengasah mereka menjadi lebih tajam, gunakan untuk memberi manfaat sebanyak-banyaknyak kepada orang lain.

Bekerjalah untuk menjadi bernilai, sukses akan mengejar Anda. Apakah berlian harganya sama dengan kerikil? Anda punya jawabannya. Keduanya mengalami tekanan berbeda sehingga membedakan nilainya.

8.  Jangan mengharapkan Hasil Berbeda

"Kegilaan: adalah melakukan sesuatu dengan cara sama berulang-ulang
dan mengharapkan hasil berbeda."

Nasehat bijak Enstein di atas adalah favorit saya. Anda jangan mengharapkan hasil menjadi lebih baik jika Anda masih bertahan dengan cara yang Anda pakai sekarang.

Dengan ungkapan lain, Anda mimpi mengharapkan otot bisep Anda menjadi lebih 'seksi' jika masih mengangkat barbel ringan terus menerus.

Jika ingin hidup Anda berubah, Anda harus berubah. Mengubah cara pikir, cara pandang dan cara melakukan sesuatu.

Ketika Anda mengubah pikiran Anda, mengubah sudut pandang Anda, mengubah tindakan Anda, hidup Anda akan berubah dengan sendirinya.

Bayangkan hal berikut: Ada seorang cowok ganteng atau gadis manis tepat di depanmu. Bandingkan kedua aksi berikut. Pertama, kamu senyum tulus, reaksi si
cowok atau si gadis adalah membalas senyummu. Kedua, kamu melotot padanya, bisa ditebak apa reaksi si cowok ataupun si gadis tersebut?

9.  Pengetahuan terasah melalui Pengalaman

"Informasi bukanlah pengetahuan.
Satu-satunya sumber pengetahuan adalah pengalaman."

Pengetahuan itu berasal dari pengalaman. Anda bisa mendiskusikan sebuah proyek, tapi diskusi itu hanya akan memberi Anda informasi.

Anda harus melakukan proyek tersebut untuk 'tahu' apakah proyek tersebut berjalan dengan benar atau tidak.
Anda harus melakukannya untuk mengatasi munculnya masalah-masalah ditengah proyek berjalan. Itu membuat Anda memiliki pengalaman baru dan bermanfaat.

Apa pesan Einstein? Carilah pengalaman! Jangan habiskan waktumu nonton sinetron cinta sementara dirimu setengah mati menginginkan pacar, misalnya. Keluar dari duniamu sekarang dan pengalaman tak ternilai menunggumu di luar sana.

10. Pahami Aturan Main, Lalu Bermainlah Lebih Baik

"Anda harus memahami aturan permainan.
Kemudian Anda harus bermain lebih baik daripada pemain lain."

Bagi Einstein, dia cukup memahami aturan-aturan dasar Fisika lalu berpikir dan bekerja lebih baik dibanding fisikawan lainnya. Sederhananya, Anda cukup melakukan dua hal saja.
Pertama, yang harus Anda lakukan adalah memahami 'peraturan' bagaimana cara Anda melakukannya.
Kedua, lakukan pekerjaan tersebut lebih baik dibanding orang lain. Jika Anda mampu melakukan dua hal ini dengan baik, sukses pasti masuk ke kantong Anda [apakabardunia.com]