Kamis, 21 Agustus 2008

Mengapa Ibuku Begitu Penting


Dua hari sebelum milad ibuku yang 46 tahun, seorang sahabat datang padaku dan mengeluhkan semua perlakuan ibunya. Ia merasa tak nyaman dengan sikap ibunya yang kolot dan ketinggalan zaman (maaf itu kata sahabatku. Bukan kataku J). “Eh kamu tau nggak aku marah pada ibuku yang seenaknya saja melarangku ini dan itu. padahal aku sudah besar. Aku sudah tahu yang mana yang baik dan yang mana yang salah. Rasanya aku ingin bebas dan pergi jauh dari ibu.” Aku hanya berani menjadi pendegar setia buatnya. Setelah hari itu, sahabatku tak lagi pernah menemuiku. Akupun tak tahu kemana dirinya di telan rimba
Beberapa hari setelah kedatangannya padaku, aku mendengar dari salah satu kerabatnya bahwa ibu sahabatku itu terbaring sakit di Sebuah Rumah sakit. Aku segera ke RS tersebut dan menjenguk ibunya. Seorang ibu yang renta kini terbaring sakit di hadapanku. Aku mengusap tubuh rentanya dengan hati yang menangis. Aku memang tak pernah tega melihat orang kesakitan. Sedangkan aku tak melihat anak semata wayangnya menemani di sisi pembaringannya.
Beberapa saat di kamar perawatan itu, ibu yang terbaring sakit tersebut terbangun. Beliau tersenyum padaku dan memintaku duduk di sampingnya. Kemudian dia bercerita:
“Dulu, ketika ibu menikah, tidak pernah berpikir punya anak seperti apa, gimana jaganya, biayainya sekolah hingga lulus kuliah nanti… tapi ibu jalani saja…

Ketika melahirkan dirinya, ibu hampir menyerah, tapi demi melihatnya lahir ke dunia ini, tumbuh besar dan menjadi anak yang berguna, ibu terus berjuang, walaupun harus berkorban diri ini demi kehadiran dirinya di dunia ini…

Dia telah lahir ke dunia ini, pertama kali melihatnya, ada perasaan bergejolak dalam diri ibu, ibu terharu dan bangga sekali bisa membawanya ke dunia ini, ibu berjanji, apapun yang terjadi, gimanapun susahnya hidup ini, anak ini harus ibu besarkan dengan kedua tangan ibu…

Tidak mudah untuk membesarkan dirinya, dia bandel sekali ketika kecil, suka bermain lupa waktu, berteman dengan anak-anak nakal, tidak mau makan, susah disuruh mandi, susah dibujuk tidur waktu malam hari, kadang dia marah dan bentak ibu, kadang dia mengejek ibu, kadang juga dia menghina ibu…

Ketika besar, dia merasa ibu terlalu membatasi dirinya, ini tidak boleh, itu tidak boleh, dia juga merasa ibu terlalu kolot, ketinggalan jaman, tidak mengerti apa maunya, tidak setuju terhadap setiap kelakuannya…
Kadang sakit hati sekali ibu ini, tapi ingat ketika pertama kali menggendongnya, ketika melahirkannya, semua sakit ini hilang seketika… dia adalah anak ibu, anak kesayangan ibu…

Ibu telah berjanji akan membesar dirinya, apapun yang terjadi, rintangan apapun yang ibu hadapi, karena dia anak ibu satu-satunya… Harapan ibu besar kelak dia bisa menjadi anak yang berguna… ibu sangat mencintainya…
Dualah, yang memberikan kekuatan pada diri ini, membuat ibu mau bekerja keras pagi-siang-sore-malam, tidak takut akan sakit, derita.. Karena kehadiran dirinya lah membuat ibu ada artinya, bisa membesarkan dirinyya dan mendengarkannya memanggilku IBU, sungguh senang rasanya hati ini…

andai dia ada di sini, ibu cuma ingin bilang,
Ibu tidak berharap banyak, hanya suatu saat, ketika dirimu sudah besar, kamu dapat menjadi anak yang baik, bisa hidup yang enak. Ibu mungkin sudah tua, tidak bisa hidup lama lagi, badan ibu ini sekarat, kerutan muka sudah banyak, perjalanan ibu tidak lama lagi.
Jika kamu bekerja keras, tidak perlu sampai memberikan rumah yang bagus, uang yang banyak, semuanya itu untuk dirimu saja. Ibu hanya berharap kamu mau menyisihkan sedikit waktumu untuk menemani masa-masa tua ibu, bisa disamping ibu dan ngobrol dengan ibu, itu sudah lebih dari cukup…

Ibu Bangga denganmu, nak, mungkin tidak pernah terucap lewat kata, tapi ini ibu rasakan dari lubuk hati yang dalam… Maafkan jika selama ini ibu pernah marah denganmu, memukulimu, melarangmu ini itu, semua ini demi kebaikanmu, nak…
Seandainya dia ada disini ibu Cuma mau bilang
"Ibu Cinta padamu… dari dulu, sekarang, dan selamanya…”

Aku melihat air mata seorang bunda menetes. Air matakupun tak tertahankan. Aku larut mendengarkan cerita itu. Mulai hari itu aku berjanji untuk menyayangi ibuku apapun yang terjadi. Aku tak akan bisa membiarkan ibuku berada di posisi ibu sahabatku itu. Aku ingin menjadi anak yang bisa selalu melihat surga itu tersenyum bangga telah melahirkanku kedunia. Aku ingin ibuku bahagia karena telah memiliki aku. 

Aku berjanji pada Tuhan akan menjadi anak selalu bisa menciptakan senyum dihati ibuku. Karena aku tahu bahwa aku tak akan pernah bisa membalas seluruh pengorbanan ibuku yang begitu besar. Setidaknya aku tahu bahwa aku tak boleh menyakitinya.

Aku tahu bahwa ibuku menyayangiku lebih dari aku menyayanginya.

Tuhan… Aku sayang ibuku :’)

Dariku untuk seluruh mengetuk pintu hati seluruh anak di muka bumi ini
Ayo... kita sujud di pangkuan ibu seraya meminta ampun atas segala dosa yang kita lakukan. ingat, disanalah surga dan kesuksesan kita :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar