Senin, 28 November 2011

PARADIGMA BARU


Nurul ifadah. L
Takalar, 10 Maret 2009

Pendidikan untuk semua
Itu teori pemimpin negeri ini
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
Itu teori falsafah bangsa ini

Berdiri di antara kepungan paradigma lama
Duduk di barisan manusia penuh stigma
Aku mendengar suara
“Kalian harus sekolah” bukan “kalian harus belajar”
Tak heran, banyak murid sekolah yang terdaftar di negeri ini
Namun kita miskin kaum terpelajar
“Kalian harus dapat nilai yang tinggi” bukan “Kalian harus punya kualitas tinggi”
Tak heran, terlahir begitu banyak siswa dan mahasiswa pengejar nilai
Namun kita miskin generasi yang bernilai

Aku kaum minoritas
Yang kurang beruntung di dunia akademik dan bukan pula juara kelas
Aku yang digelar manusia tanpa prestasi dengan segudang organisasi
Hanya bisa diam dengan senyum yang sedikit dipaksa dan berusaha berteriak dalam hati
Kami hanya ingin berbagi,
Kami hanya ingin peduli,
Mencari cara bagaimana kami bisa memberi

Terkadang baja harus membungkus hati ini
Untuk tetap bertahan menerima cacian, hinaan, kritikan dan celaan
Terkadang besi harus menyatu di tulang ini
Untuk tetap kuat melangkah bersama pundak tempat menggantungnya seribu impian
Terkadang formalin harus bercampur dan mengalir di tubuh ini
Untuk mengawetkan semangat darah juang agar tetap hidup dan menabur makna di setiap kehidupan
Mungkin aku tak berprestasi,
namun inilah aku yang memilih untuk menjadi sang pemerhati

Bapak, ibu,
Bolehkah aku jujur dalam kata?
Sebenarnya akupun ingin seperti anda
Sekalipun tak ada yang ingin sepertiku yang tak bermakna
Sejujurnya, akupun ingin ikut ke dalam paradigma anda
Mendapat pujian dan pengakuan anda, namun aku lemah tak sekuat anda, Aku rapuh tak setegar anda, Aku bodoh tak sepintar anda

Bapak, ibu,
Kami mohon, hentikan stigma negatif itu
Bantu kami membangun paradigma baru
Yah.. p a r a d I g m a   b a r u
Kawan, sahabat dan saudaraku
Aku ingin sepertimu. Dipuja dan dipuji layaknya dirimu
Aku mengagumi setiap prestasi akademikmu
Aku bangga dengan kejuaraanmu
Tapi aku tak mampu bergelut di bidangmu
Ku mohon bantu aku, walau hanya dengan tatapanmu
Semangati aku, walau hanya dengan senyum manismu
Aku tak mungkin bisa sepertimu
Itulah mengapa aku berjuang membentuk paradigma baru
Bukan untuk mengalahkanmu, hanya untuk melengkapi kesempurnaanmu

Kata bundaku, setiap anak adalah bintang
Namun di sekolah, aku dikatai pecundang
Mereka sering bilang,
Kalau aku tak mungkin bisa menang
Karena organisasi lebih kuutamakan daripada Ujian Nasional yang menjelang

Untung aku punya bunda yang penyayang
Yang selalu bilang kalau aku ini adalah bintang, walau hanya bersinar di hatinya seorang
Di saat itulah aku merasa dihargai juga merasa senang
akupun bangkit Lewat kalimat santun dan indah yang terus membayang
Itulah kalimat bundaku tersayang
Bundaku memang selalu mendidikku dengan penuh kasih sayang
Sedang organisasiku membentuk mentalku, menjadi mental pemenang
Walau mungkin aku bukan pemenang,
setidaknya aku bisa dikenang

-Rintihan seorang musafir kehidupan-
Itulah aku Nurul ifadah <Nunu>
Yang terus berjalan, belajar dan berkarya… 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar