Nurul ifadah. L
Takalar, 10 Maret 2009
Pendidikan untuk semua
Itu teori pemimpin negeri ini
Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat indonesia
Itu teori falsafah bangsa ini
Berdiri di antara kepungan
paradigma lama
Duduk di barisan manusia penuh
stigma
Aku mendengar suara
“Kalian harus sekolah” bukan
“kalian harus belajar”
Tak heran, banyak murid sekolah yang
terdaftar di negeri ini
Namun kita miskin kaum terpelajar
“Kalian harus dapat nilai yang
tinggi” bukan “Kalian harus punya kualitas tinggi”
Tak heran, terlahir begitu banyak
siswa dan mahasiswa pengejar nilai
Namun kita miskin generasi yang
bernilai
Aku kaum minoritas
Yang kurang beruntung di dunia
akademik dan bukan pula juara kelas
Aku yang digelar manusia tanpa
prestasi dengan segudang organisasi
Hanya bisa diam dengan senyum yang
sedikit dipaksa dan berusaha berteriak dalam hati
Kami hanya ingin berbagi,
Kami hanya ingin peduli,
Mencari cara bagaimana kami bisa
memberi
Terkadang baja harus membungkus
hati ini
Untuk tetap bertahan menerima
cacian, hinaan, kritikan dan celaan
Terkadang besi harus menyatu di
tulang ini
Untuk tetap kuat melangkah bersama
pundak tempat menggantungnya seribu impian
Terkadang formalin harus bercampur
dan mengalir di tubuh ini
Untuk mengawetkan semangat darah
juang agar tetap hidup dan menabur makna di setiap kehidupan
Mungkin aku tak berprestasi,
namun inilah aku yang memilih
untuk menjadi sang pemerhati
Bapak, ibu,
Bolehkah aku jujur dalam kata?
Sebenarnya akupun ingin seperti
anda
Sekalipun tak ada yang ingin
sepertiku yang tak bermakna
Sejujurnya, akupun ingin ikut ke
dalam paradigma anda
Mendapat pujian dan pengakuan
anda, namun aku lemah tak sekuat anda, Aku rapuh tak setegar anda, Aku bodoh
tak sepintar anda
Bapak, ibu,
Kami mohon, hentikan stigma
negatif itu
Bantu kami membangun paradigma
baru
Yah.. p a r a d I g m a b a r u
Kawan, sahabat dan saudaraku
Aku ingin sepertimu. Dipuja dan
dipuji layaknya dirimu
Aku mengagumi setiap prestasi
akademikmu
Aku bangga dengan kejuaraanmu
Tapi aku tak mampu bergelut di bidangmu
Ku mohon bantu aku, walau hanya
dengan tatapanmu
Semangati aku, walau hanya dengan
senyum manismu
Aku tak mungkin bisa sepertimu
Itulah mengapa aku berjuang
membentuk paradigma baru
Bukan untuk mengalahkanmu, hanya
untuk melengkapi kesempurnaanmu
Kata bundaku, setiap anak adalah
bintang
Namun di sekolah, aku dikatai
pecundang
Mereka sering bilang,
Kalau aku tak mungkin bisa menang
Karena organisasi lebih kuutamakan
daripada Ujian Nasional yang menjelang
Untung aku punya bunda yang
penyayang
Yang selalu bilang kalau aku ini
adalah bintang, walau hanya bersinar di hatinya seorang
Di saat itulah aku merasa dihargai
juga merasa senang
akupun bangkit Lewat kalimat
santun dan indah yang terus membayang
Itulah kalimat bundaku tersayang
Bundaku memang selalu mendidikku
dengan penuh kasih sayang
Sedang organisasiku membentuk
mentalku, menjadi mental pemenang
Walau mungkin aku bukan pemenang,
setidaknya aku bisa dikenang
-Rintihan seorang musafir kehidupan-
Itulah aku Nurul ifadah <Nunu>
Yang terus berjalan, belajar dan berkarya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar