Selasa, 29 November 2011

Air Mata di Atas Garuda Menuju Nusakambangan

Beberapa pekan yang lalu, Aku melakukan perjalanan dengan Pesawat Garuda Airbus-A330-243 aircraft bersama beberapa teman menuju ke Jakarta. Di sampingku duduk seorang perempuan dewasa yang berusia kira-kira 40 tahun. Saat aku tersenyum padanya, dia membalas senyumku, ternyata beliau adalah seorang dokter di RSCM dan tak lama kami terlarut dalam obrolan ringan.
Dokter, ada acara apa di Makassar?”, tanya ku pada Dokter yang terlihat sumringah di sampingku.
“Oh… saya
transit di makassar dari Gorontalo jemput ibu. Ini mau ke Jakarta terus “connecting flight” ke Singapore nengokin adik ke-2”, jawab dokter itu.
”Wow, hebat sekali
adik ke-duanya dokter”, aku menyahut dan terdiam sejenak melihat orang tua yang sudah berumur duduk di samping dokter tersebut yang ternyata adalah ibunya.

cukup lama aku merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu yang membuncah dalam benakku, aku melanjutkan pertanyaan.
”Kalau saya tidak salah,
yang di Singapura tadi, adik ke-2 ya Dok? Kalau boleh tahu Saudaranya Dokter berapa, ayahnya dokter sudah tidak ada?”
Oh ya tentu boleh sayang”, Dokter tersebut tersenyum lalu bercerita:
Ayah meninggal dunia sejak kami masih kecil. Saat itu adik bungsunya dokter masih berumur 3 bulan. Saya adalah anak ke-2 dari 7 orang bersaudara. Anak yang ke-3 atau adik pertama saya juga seorang dokter di Malang, anak yang ke-4 atau adik ke-2 saya kerja di salah satu kantor pemerintahan di Singapura yang ingin saya kunjungi sebentar, anak yang ke-5 atau adik ke-3 saya menjadi arsitek di Jakarta, anak yang ke-6 atau adik ke-4 menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, dan anak yang ke-7 atau adik ke-5 saya menjadi Dosen di Semarang.”

Aku terdiam, hebat sekali orang tua dokter ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak ke-2 sampai ke-7. Aku menatap perempuan tua yang duduk di samping dokter yang baik hati ini.
kalau dokter anak kedua berarti dokter punya kakak dong?”
Sambil menghela napas panjang,
Dokter menjawab,
kakaknya dokter menjadi petani di Gorontalo, sayang. Beliau menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar.”

Aku begitu terkejut dengan informasi yang baru saja aku dengar ini,
“Maaf ya
Dok kalau aku banyak tanya…...kakaknya dokter agak mengecewakan ya di mata orang tuanya dokter? adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedangkan dia cuma menjadi petani.“
Dengan tersenyum dokter itu menjawab,
”Ooo, tidak, tidak begitu
sayang...justru dokter sangat bangga dengan kakak laki-laki nya dokter, karena dialah yang membiayai sekolah kami semua. Dia kakak yang sangat bertanggung jawab. Dia menggantikan posisi ayah untuk merawat dan membiayai semua adik-adiknya dari hasil dia bertani.”
Subuhanallah… Hatiku merasa tertunduk mendengar keluarbiasaan ini. Air mataku menetes dan hari ini aku menyantap hidangan terlezat buat batinku.

Pelajaran Hari Ini :
Semua orang di dunia ini penting. Buka matamu, pikiranmu, hatimu. Intinya adalah kita tidak bisa membuat ringkasan sebelum kita membaca buku itu sampai selesai. Orang bijak berbicara, “Hal yang paling penting adalah bukanlah SIAPAKAH KAMU tetapi APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN.”

Sekian dari kisah perjalananku tempo hari saat akan berkunjung ke LAPAS Nusakambangan. Hari ini aku kembali termotivasi untuk tetap menjadi manusia yang selalu bisa memberi.
Dariku untuk kalian 
-Nurul ifadah-

3 komentar:

  1. gw nangis nu'... mataku berkaca2 sampai saya tulis komen ini

    BalasHapus
  2. Subhanallah... ini kejujuran kisah yang InsyaAllah Real kualami di atas pesawat kemarin. Allah yang Maha besar yang telah menyuguhkan semua ini.
    Sebuah peringatan penting untuk setiap jiwa yang sadar akan pentingnya kualitas diri.
    Makasih sob dah berkenan membaca postingan ini. semoga bermanfaat di negeri rantaumu
    salam sukses dan salam buat Tim 5 :)

    BalasHapus